Sunday, July 20, 2025
HomeBeritaAbu Ubaidah: Brigade Al-Qassam siap perang panjang melawan Israel

Abu Ubaidah: Brigade Al-Qassam siap perang panjang melawan Israel

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, pada Jum’at (18/7/2025) menyatakan bahwa faksi-faksi perlawanan Palestina siap menjalani “perang atrisi jangka panjang” melawan Israel. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, dalam rekaman suara yang menjadi penampilan publik pertamanya sejak 6 Maret lalu.

“Dalam beberapa pekan terakhir, para pejuang kami telah mencoba melakukan beberapa operasi penculikan terhadap tentara Zionis. Beberapa di antaranya nyaris berhasil,” ujar Abu Ubaidah. Namun, menurutnya, upaya tersebut digagalkan karena Israel menerapkan taktik serangan mematikan terhadap tentara mereka sendiri yang dicurigai diculik.

Ia merujuk pada protokol Hannibal, sebuah kebijakan militer Israel yang memperbolehkan penggunaan kekuatan besar untuk mencegah tentara Israel jatuh ke tangan musuh—meskipun hal ini dapat membahayakan tentara yang diculik.

Lebih lanjut, Abu Ubaidah menyatakan bahwa selama berbulan-bulan konfrontasi, “ratusan tentara musuh telah tewas dan terluka, sementara ribuan lainnya mengalami gangguan psikologis dan trauma.” Ia juga menyebut adanya peningkatan kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel akibat tekanan perang dan perlawanan sengit yang mereka hadapi.

Ia menegaskan bahwa para pejuang Al-Qassam “terus mengejutkan musuh dengan taktik dan metode baru yang beragam, setelah belajar dari konfrontasi terpanjang dalam sejarah rakyat Palestina.”

“Setelah 21 bulan sejak Operasi Banjir Al-Aqsa dan perang Zionis-Nazi terhadap rakyat kami, kami menegaskan kesiapan penuh untuk terus melanjutkan perang atrisi jangka panjang melawan penjajah, apa pun bentuk agresi mereka,” ujar Abu Ubaidah.

Ia juga menyoroti peran diamnya komunitas internasional. “Genosida ini tak akan terjadi di depan mata dunia tanpa adanya impunitas, pembiaran, dan pengkhianatan. Tidak ada pihak yang kami bebaskan dari tanggung jawab atas pertumpahan darah ini,” katanya.

Soal perundingan gencatan senjata

Terkait proses perundingan gencatan senjata di Gaza, Abu Ubaidah menyatakan dukungan penuh terhadap delegasi perunding Palestina dalam pembicaraan tidak langsung dengan Israel.

Ia mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang disebutnya “tidak benar-benar peduli terhadap nasib tawanan mereka karena kebanyakan dari mereka adalah tentara.”

Dalam pernyataannya, Abu Ubaidah juga menyampaikan apresiasi kepada kelompok Houthi di Yaman atas dukungan mereka terhadap Gaza. Ia menyebut aksi Houthi sebagai “pukulan telak terhadap pihak-pihak Arab dan Islam yang diam atau tunduk, termasuk mereka yang telah menjadi perpanjangan tangan penindasan dan penenang bagi rakyat dan pemuda yang merdeka.”

Sejak 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan ofensif besar-besaran di Jalur Gaza. Serangan ini telah menewaskan hampir 59.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta menyebabkan kehancuran luas, kelangkaan pangan, dan wabah penyakit.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular