Tuesday, July 22, 2025
HomeBeritaHamas: Kami bergerak cepat dan rasional untuk akhiri agresi di Gaza

Hamas: Kami bergerak cepat dan rasional untuk akhiri agresi di Gaza

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menegaskan bahwa pihaknya bergerak secara bertanggung jawab, rasional, dan secepat mungkin untuk menyelesaikan konsultasi dengan faksi-faksi Palestina guna mencapai kesepakatan terhormat yang dapat mengakhiri agresi militer Israel di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan resminya, Hamas menyatakan bahwa mengakhiri penderitaan rakyat Gaza adalah prioritas utama. Hamas terus melakukan komunikasi intensif dengan para mediator, negara-negara sahabat, serta semua pihak terkait untuk menghentikan bencana kelaparan dan “perang kriminal” yang dijalankan oleh Israel.

Penasihat media Kepala Biro Politik Hamas, Taher Al-Nounou, menggambarkan situasi di Gaza sebagai “eksekusi massal terhadap dua juta warga Palestina.”

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, ia menyebut bahwa sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, sementara dunia menyaksikan tanpa bertindak.

Nounou menyoroti tingkat penderitaan yang mengkhawatirkan di Gaza, di mana para pria bahkan tak mampu lagi berdiri untuk mencari makanan yang sudah tidak tersedia. Ia menggambarkan kondisi anak-anak dan perempuan yang menanggung kelaparan di tengah diamnya dunia terhadap tragedi kemanusiaan ini.

Ia juga menyerukan kepada umat Islam dan para pemimpinnya untuk bertindak, serta meminta para ulama, termasuk Syekh Al-Azhar dan para ulama Masjidil Haram, untuk menyampaikan pandangan agama secara tegas terkait tragedi yang menimpa warga Gaza.

“Masukkan makanan ke Gaza”

Nounou menjelaskan bahwa Hamas tidak meminta senjata atau tank dari negara-negara Arab dan Islam, melainkan menuntut masuknya bantuan makanan ke Jalur Gaza. Ia mempertanyakan bagaimana mungkin umat Islam dan Arab tidak mampu memasukkan makanan secara bermartabat untuk dua juta orang yang terkepung.

Ia menolak skema distribusi bantuan yang ia sebut sebagai “perangkap maut” yang dirancang Israel untuk mempermalukan warga Gaza. Ia menegaskan bahwa warga Gaza adalah orang-orang terhormat dan merdeka yang layak diperlakukan dengan bermartabat. Menurutnya, memberi makan rakyat Gaza adalah kewajiban agama bagi setiap Muslim.

Proses negosiasi dan tiga isu utama

Terkait proses negosiasi, Nounou mengatakan bahwa Hamas bergerak pada berbagai tingkatan, termasuk jalur diplomatik dengan negara-negara sahabat. Ia menyebut bahwa upaya sedang difokuskan pada mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang secara menyeluruh.

Ia mengungkapkan bahwa Hamas telah menyetujui beberapa inisiatif terbaru, namun menuduh Israel terus mengulur-ulur waktu dan menghambat kemajuan dengan menciptakan rintangan baru dalam negosiasi. Menurutnya, Hamas tetap menunjukkan sikap positif dan bergerak cepat.

Soal bantuan kemanusiaan, Nounou mengkritik sikap Israel yang mempersulit masuknya bantuan dan menyebut bahwa menjadikan makanan sebagai alat tawar-menawar adalah sebuah bencana. Meski demikian, Hamas bersedia memasukkan isu bantuan ke dalam kerangka kesepakatan demi rakyat Gaza, meski belum menerima dokumen tertulis dari pihak Israel.

Mengenai isu penarikan pasukan Israel dari Gaza, Hamas saat ini sedang mendiskusikan proposal para mediator bersama faksi-faksi Palestina lainnya. Namun, belum ada tanggapan resmi dari pihak Israel, yang membuat isu ini belum dapat disepakati.

Terkait jaminan keamanan, Hamas menekankan perlunya jaminan internasional untuk mencegah kembalinya kekerasan dan pelanggaran Israel pasca-kesepakatan, seperti yang terjadi setelah perjanjian 19 Januari lalu.

Krisis kemanusiaan meningkat

Nounou menegaskan bahwa Hamas sedang bergerak cepat untuk menyelesaikan tiga isu utama—bantuan, penarikan pasukan, dan jaminan keamanan—guna mencapai kesepakatan akhir. Hamas, katanya, terus bekerja sepanjang waktu untuk mengakhiri penderitaan rakyat Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza, yang disebut oleh berbagai pihak sebagai genosida. Serangan itu melibatkan pembunuhan massal, kelaparan, penghancuran infrastruktur, dan pengungsian paksa, mengabaikan seruan internasional dan keputusan Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.

Agresi tersebut telah menyebabkan lebih dari 200.000 warga Palestina menjadi korban tewas atau luka-luka, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 9.000 orang dinyatakan hilang, sementara ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka dan menghadapi kelaparan yang menewaskan banyak jiwa.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular