Kantor Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) menuding pasukan pendudukan Israel terus melakukan operasi militer besar-besaran di bagian utara Tepi Barat.
Dari seluruh wilayah yang menjadi sasaran, Kota Jenin disebut sebagai daerah yang paling parah terdampak.
Menurut laporan OCHA, sejak awal tahun 2025, pasukan Israel telah menewaskan 40 anak Palestina di Tepi Barat.
Sementara di Jenin saja jumlah korban mencapai 65 orang, atau sekitar sepertiga dari total korban jiwa di wilayah tersebut sepanjang tahun ini.
Laporan itu juga mencatat 86 serangan oleh kelompok pemukim Israel sejak awal Oktober lalu, yang bertepatan dengan musim panen zaitun.
Serangan-serangan itu menimpa 50 desa Palestina di Tepi Barat dan mengakibatkan lebih dari 3.000 pohon dan bibit zaitun rusak.
Dari sisi pendidikan, tim PBB mencatat sedikitnya 12.000 pelajar Palestina mengalami gangguan dalam proses belajar antara Juli dan September 2025.
Gangguan itu disebabkan oleh 100 insiden yang berkaitan langsung dengan aktivitas militer dan kekerasan di lingkungan pendidikan di Tepi Barat.
Sementara itu, bersamaan dengan perang genosida di Jalur Gaza, militer dan pemukim Israel juga meningkatkan kekerasan di Tepi Barat.
Sejak awal perang, kekerasan tersebut telah menyebabkan lebih dari 1.058 warga Palestina gugur dan sekitar 10.000 lainnya luka-luka, di samping lebih dari 20.000 penangkapan, termasuk 1.600 anak di bawah umur.
Selama dua tahun perang pemusnahan di Gaza, tercatat sedikitnya 68.519 warga Palestina gugur dan 170.382 lainnya terluka, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Israel juga meninggalkan kerusakan besar terhadap sekitar 90 persen infrastruktur sipil di wilayah yang terkepung itu — dari rumah sakit, sekolah, hingga jaringan air dan listrik.
