Sunday, March 9, 2025
HomeAnalisis dan OpiniAnalis sebut kesepakatan gencatan senjata dalam tahap bahaya

Analis sebut kesepakatan gencatan senjata dalam tahap bahaya

Kesepakatan gencatan senjata telah memasuki tahap berbahaya akibat penolakan Israel untuk bernegosiasi dalam fase kedua serta kembalinya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan ancaman-ancamannya.

Namun, ini tidak berarti bahwa perang akan kembali seperti sebelumnya, menurut dua analis.

Sementara utusan AS, Stephen Witkoff, meminta perpanjangan fase pertama dari kesepakatan yang berakhir awal pekan ini. Hamas menuntut agar Israel dipaksa masuk ke dalam negosiasi fase kedua.

Dalam perkembangan terbaru, Trump pada Rabu malam mengancam para pemimpin Hamas, anggotanya, serta seluruh penduduk Jalur Gaza. Kecuali, jika semua tahanan dan jenazah yang ada di wilayah tersebut segera dibebaskan.

Ia menegaskan bahwa ini adalah “peringatan terakhir.”

Setelah pernyataan ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa ia berharap Hamas akan melakukan persis seperti yang diminta Trump.

“Menganggap ancamannya dengan serius, karena ia tidak akan mengatakan sesuatu kecuali jika ia benar-benar serius mengenainya,” katanya.

Ancaman ini muncul setelah terungkap bahwa negosiasi langsung antara AS dan Hamas telah berlangsung di Doha. Negoisasi itu membahas apa yang disebut sebagai “kesepakatan yang lebih luas untuk mengakhiri perang.”

Perang tidak akan kembali seperti sebelumnya

Menurut situs Axios, negosiasi yang dilakukan oleh utusan AS untuk urusan sandera, Adam Boehler, dianggap “belum pernah terjadi sebelumnya” dan berfokus pada pembebasan tahanan Amerika, serta upaya mencapai gencatan senjata jangka panjang di Gaza.

Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tidak menginginkan gencatan senjata seperti yang dibahas oleh AS, menurut pakar urusan Israel, Muhannad Mustafa.

Sebaliknya, ia hanya ingin memperpanjang fase pertama selama satu bulan atau sedikit lebih lama, agar pemerintahannya tidak runtuh.

Mustafa berpendapat bahwa Israel tidak bisa masuk ke negosiasi fase kedua karena khawatir akan membongkar pemerintahan.

Tetapi juga tidak bisa kembali berperang karena meningkatnya tuntutan untuk merekrut kelompok ultra-Ortodoks (Haredi) ke dalam militer.

Saat ini, kesepakatan gencatan senjata berada dalam bahaya besar akibat upaya Israel untuk memperpanjang fase pertama. Karena kelompok perlawanan mungkin tidak akan menyetujui tuntutan tersebut.

Peneliti politik Saeed Ziad sepakat dengan pandangan ini. Ia mengatakan bahwa Israel sedang berusaha menciptakan kondisi negosiasi yang memungkinkannya untuk memaksakan persyaratannya. Sesuatu yang menurutnya tidak akan diterima oleh kelompok perlawanan.

Ziad percaya bahwa situasi bisa tetap dalam kondisi “tidak perang, tetapi juga tidak damai” untuk sementara waktu.

Ini berarti adanya peningkatan tekanan terhadap perlawanan dengan cara membatasi akses terhadap kebutuhan hidup bagi penduduk Gaza.

Namun, bahkan jika perang kembali terjadi, ia tidak akan kembali seperti sebelumnya, menurut Ziad.

Sebaliknya, perang kemungkinan akan berubah menjadi serangkaian operasi militer yang bertujuan untuk memberikan tekanan terhadap perlawanan, guna memaksa mereka memberikan konsesi.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular