Sebuah investigasi yang dilakukan oleh kantor berita AS Associated Press mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi besar asal Amerika Serikat telah secara diam-diam menyediakan Israel dengan kemajuan pesat dalam layanan kecerdasan buatan dan komputasi, yang memungkinkannya untuk memburu dan membunuh lebih banyak pejuang di Gaza dan Lebanon.
Dalam laporan yang dipublikasikan pada Selasa (18/2), disebutkan bahwa dengan meningkatnya jumlah korban di kalangan warga sipil, kekhawatiran tentang peran teknologi ini dalam pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah semakin besar.
Investigasi tersebut mencatat lonjakan signifikan dalam penggunaan teknologi dari perusahaan-perusahaan seperti “Microsoft” dan “OpenAI” oleh Israel dalam kegiatan-kegiatan tersebut sejak 7 Oktober 2023.
Menurut laporan, seorang perwira intelijen Israel mengungkapkan bahwa para perwira muda dihadapkan pada tekanan untuk menemukan target dengan cepat, yang menyebabkan kesalahan dalam proses penargetan. Perwira tersebut mengatakan, “Kami melihat kesalahan dalam penargetan yang berkaitan dengan kecerdasan buatan akibat terjemahan yang tidak akurat,” dan menambahkan bahwa sistem tersebut sempat mengidentifikasi siswa sekolah menengah sebagai pejuang potensial.
Investigasi ini mengandalkan dokumen, data, dan wawancara dengan pejabat Israel yang masih aktif dan pensiunan, termasuk tiga perwira intelijen cadangan, serta wawancara dengan mantan dan pegawai saat ini dari perusahaan-perusahaan seperti Microsoft, OpenAI, Google, dan Amazon.