Gedung Putih mengatakan pada Senin bahwa mereka sedang dalam “perbincangan aktif” dengan Turki, Qatar, dan Mesir untuk melakukan upaya gencatan senjata guna mengakhiri perang Israel yang telah berlangsung lebih dari setahun di Gaza yang terkepung.
“Saatnya bagi Hamas untuk duduk di meja perundingan, dan kami akan terus berupaya untuk itu. Kami bekerja dengan Qatar, Mesir, Turki. Bahkan saat ini, ada perbincangan aktif yang dilakukan tim kami dengan mereka untuk melihat apakah kita bisa mewujudkannya. Tidak ada alasan kenapa kita tidak bisa melakukannya. Kita hanya perlu mewujudkannya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, kepada wartawan.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah serangan udara Israel di Gaza utara pada Sabtu yang menewaskan sedikitnya 200 orang, menurut pejabat kesehatan setempat.
Sejak 5 Oktober, Israel melancarkan operasi darat besar-besaran di Gaza utara dengan tujuan mencegah Hamas untuk berkumpul kembali.
Namun, warga Palestina menuduh Israel berusaha menduduki wilayah tersebut dan memindahkan paksa penduduknya.
Selama hampir dua bulan, bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, tidak diperbolehkan masuk ke wilayah tersebut, meninggalkan sebagian besar penduduk di ambang kelaparan. Lebih dari 2.300 orang tewas sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Lebih dari 44.400 orang telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023. PBB memperkirakan sekitar 70% dari yang tewas adalah wanita dan anak-anak.
Pada 21 November, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional terkait perang mematikan di Gaza.