Wednesday, March 26, 2025
HomeBeritaDua sandera Israel kritik Netanyahu: genosida hanya akan membunuh kami

Dua sandera Israel kritik Netanyahu: genosida hanya akan membunuh kami

Sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam pada Senin merilis sebuah video yang menampilkan dua tawanan Israel.

Dalam video tersebut, kedua tawanan ini mengkritik keras keputusan pemerintah Netanyahu untuk melanjutkan serangan terhadap Gaza, yang mereka klaim akan berujung pada kematian mereka.

Keduanya meminta para tahanan yang dibebaskan dalam tahap pertama perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan untuk memecahkan keheningan mereka dan berbicara tentang penderitaan yang mereka alami selama masa penahanan.

Salah satu dari mereka berkata kepada seorang mantan tahanan Israel yang bernama Ohad: “Mengapa kamu tidak memberitahukan mereka? Kamu pernah bersama kami dan tahu betul kondisi kami.”

Ia juga mengungkapkan kesulitan emosional yang dirasakannya, mengingat ia terpisah dari istri dan anaknya selama penahanan.

Sementara itu, tawanan kedua menekankan bahwa selama periode gencatan senjata, para pejuang Hamas berusaha memenuhi kebutuhan mereka.

Namun, serangan udara Israel yang dilanjutkan oleh pemerintah telah membawa dampak berat bagi mereka.

Tawanan tersebut juga mengkritik klaim rezim Netanyahu yang mengatasnamakan upaya untuk membawa pulang para tawanan.

Mereka menegaskan bahwa video yang mereka buat bukan bagian dari perang psikologis, melainkan permintaan tulus mereka agar rakyat Israel mendengar suara mereka di penahanan.

Kondisi kehidupan di penahanan, menurut keduanya, sangat sulit sebelum dimulainya tahap pertama perjanjian gencatan senjata, dan meskipun bantuan kemanusiaan mulai masuk setelah pembukaan perbatasan, kondisi para tawanan kembali memburuk setelah serangan Israel dilanjutkan.

Menanggapi video tersebut, Yair Golan, Ketua Partai Demokrat di Israel, menyatakan bahwa video itu menjadi pengingat yang menyakitkan.

Ia menyebut bahwa pemerintahan Israel saat ini lebih fokus pada kepentingan politik domestik ketimbang keselamatan para tawanan yang masih berada di Gaza.

Golan juga menyebut bahwa meskipun 59 warga Israel masih terjebak di Gaza, pemerintah lebih sibuk dengan “survival politik” dan kerusakan negara.

Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan ini berakhir pada awal Maret 2025 setelah berlangsung selama 42 hari.

Israel sendiri menolak untuk melanjutkan ke tahap kedua perjanjian, yang bertujuan mengakhiri perang yang telah menelan lebih dari 50.000 korban jiwa sejak dimulainya serangan pada Oktober 2023.

Pada tahap pertama, sebanyak 33 tawanan Israel dibebaskan, termasuk 25 yang masih hidup dan 8 jenazah. Sebagai gantinya, hampir 2.000 tawanan Palestina dibebaskan, termasuk ratusan yang memiliki vonis seumur hidup atau hukuman berat.

Hingga kini, masih terdapat 59 tawanan Israel yang ditahan di Gaza, sementara lebih dari 9.500 warga Palestina masih berada di penjara Israel, dengan kondisi yang sangat buruk, termasuk penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang menyebabkan banyak dari mereka meninggal dunia, menurut laporan-laporan dari berbagai organisasi hak asasi manusia.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular