Negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas dilanjutkan pada Kamis, (15/8) di Qatar. Namun, pembicaraan ini menghadapi tantangan besar akibat empat syarat utama yang diajukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Empat syarat Netanyahu ini dianggap penting oleh Israel, namun ditolak oleh Hamas dan faksi Palestina lainnya, sehingga dapat menggagalkan perundingan.
Pertama, Netanyahu menekankan perlunya mekanisme pengawasan ketat untuk mencegah pejuang bersenjata Palestina melintasi Penyeberangan Nitsarim dari Gaza tengah ke utara, sebuah kondisi yang dinilai mempersulit tercapainya kesepakatan.
Kedua, Israel bersikeras mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi (poros Salah al-Din) dan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, yang telah berada di bawah kendali Israel sejak Mei.
Baca juga: Poin baru negosiasi, 12 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel
Ketiga, Israel menuntut kepastian jumlah tahanan Israel yang masih hidup di Gaza untuk ditukar dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Syarat keempat, Netanyahu menginginkan hak untuk menolak pembebasan tahanan Palestina tertentu yang diinginkan Hamas, serta mengusir tahanan yang dibebaskan ke luar Palestina—syarat yang secara tegas ditolak oleh Hamas.
Perundingan yang dimediasi Qatar, Mesir, dan AS ini melibatkan perwakilan tingkat tinggi, termasuk kepala intelijen AS dan Mesir, serta pejabat Israel yang dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea.
Sementara itu, Hamas menyatakan hanya akan bergabung dalam pembicaraan gencatan senjata dan pertukaran tahanan jika mendapat komitmen jelas dari Israel terkait pelaksanaan proposal yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden.
Sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 40.000 korban jiwa, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tercatat, dengan lebih dari 92.400 orang lainnya terluka.
Sementara itu, tuduhan genosida terhadap Israel sedang diproses di Pengadilan Internasional (ICJ), yang telah memerintahkan penghentian segera operasi militer Israel di kota Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum kota itu diserang pada 6 Mei.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha