Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Jenderal Eyal Zamir, menyerukan dilakukannya gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza. Ia mengakui bahwa kelompok Hamas belum sepenuhnya dikalahkan, meskipun operasi militer telah berlangsung hampir dua tahun sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.
Dalam pertemuan tingkat tinggi yang digelar di markas militer Gililot dan dihadiri oleh staf jenderal serta para komandan operasi senior, Jenderal Zamir menyampaikan evaluasi menyeluruh pertamanya sejak menjabat pada Maret 2025.
Ia menegaskan bahwa militer Israel membutuhkan jeda operasional setelah periode pertempuran yang berkepanjangan. Kampanye militer yang terus berlanjut ini, menurutnya, telah mengganggu rencana jangka panjang untuk membangun kembali dan memodernisasi IDF.
“Keputusan untuk melanjutkan operasi di Gaza adalah keputusan politik yang diambil pada awal 2025. Namun, tahun 2026 harus menjadi tahun persiapan, penguatan, dan pemulihan kapabilitas tempur,” ujar Zamir.
Ia juga menyoroti menurunnya kesiapan militer, khususnya di front utara, akibat tidak dilakukannya latihan tempur besar selama dua tahun berturut-turut. Oleh karena itu, ia menyerukan agar militer kembali pada “dasar-dasar pelatihan dan kesiapsiagaan” sebagai prioritas utama.
Dalam penilaian tahunan IDF, perang berkepanjangan di Gaza—yang kini menjadi konflik terlama sejak Perang Atrisi—belum menghasilkan kemenangan yang jelas. Meski ada keberhasilan taktis, termasuk di Rafah, Hamas masih belum bisa dinyatakan kalah.
Laporan itu juga memperingatkan bahwa jika pasukan Israel mundur dari “poros Morag”, wilayah yang sebelumnya dikuasai IDF bisa kembali dikuasai pejuang Hamas.
Zamir mengakui bahwa rencananya untuk menjalankan program jangka panjang bagi militer tidak dapat direalisasikan karena operasi di Gaza kembali berlanjut.
Ia juga mengingatkan bahwa melanjutkan pertempuran tanpa strategi yang jelas dan tanpa dukungan publik yang luas dapat menjadi tantangan serius. Untuk itu, ia menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap taktik tempur serta tujuan akhir operasi militer di Gaza.