Friday, March 7, 2025
HomeBeritaHamas: Ancaman Trump dukungan bagi Netanyahu

Hamas: Ancaman Trump dukungan bagi Netanyahu

Hamas pada Kamis menyatakan bahwa ancaman berulang yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump terhadap Palestina justru mendukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengingkari kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan memperketat blokade terhadap rakyat Palestina di wilayah tersebut.

Trump dalam sebuah unggahan di media sosial pada Rabu lalu menuntut agar Hamas “membebaskan semua sandera sekarang, bukan nanti,” termasuk jenazah sandera yang sudah meninggal, “atau akan berakhir buruk bagi kalian.”

Ancaman ini muncul di hari yang sama dengan kabar bahwa utusan Trump telah mengadakan perundingan diam-diam dengan Hamas.

Hal ini menandakan perubahan dari kebijakan AS yang sudah bertahan lama, yaitu tidak bernegosiasi dengan Hamas, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Washington.

“Ancaman Trump yang berulang terhadap rakyat kami adalah dukungan bagi Netanyahu untuk menghindari kesepakatan dan malah memperketat pengepungan serta menyebabkan kelaparan di Gaza,” ujar juru bicara Hamas, Abdel-Latif Al-Qanoua, dalam pesan kepada Reuters.

“Jalur terbaik untuk membebaskan sisa sandera Israel adalah dengan melanjutkan ke fase kedua dan memaksa Israel untuk mematuhi kesepakatan yang telah disepakati dengan mediator.”

Kesepakatan gencatan senjata yang dimulai pada Januari lalu mengatur agar sandera yang masih ditahan dibebaskan dalam fase kedua.

Di fase tersebut, kedua pihak akan menyusun rencana untuk mengakhiri perang.

Fase pertama gencatan senjata berakhir pada Sabtu lalu, dan sejak itu Israel menerapkan blokade total terhadap Gaza, termasuk terhadap bantuan kemanusiaan, dengan tuntutan agar Hamas membebaskan sandera tanpa memulai negosiasi untuk mengakhiri perang.

Warga Palestina memperingatkan bahwa blokade ini bisa menyebabkan kelaparan di Gaza, yang dihuni sekitar 2,3 juta orang.

Trump mengeluarkan ancaman baru setelah bertemu dengan sejumlah sandera yang dibebaskan dalam fase pertama gencatan senjata. Dalam unggahan di media sosial, Trump menyatakan, “Saya mengirimkan semua yang dibutuhkan Israel untuk menyelesaikan tugas ini. Tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika kalian tidak mengikuti apa yang saya katakan.” Trump juga memperingatkan, “Kepada rakyat Gaza: Masa depan indah menanti, tapi bukan jika kalian menahan sandera. Jika kalian melakukannya, kalian MATI! Ambil keputusan CERDAS. BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA BALA BENCANA NANTI!”

Genosida Gaza terhenti sejak 19 Januari, dan Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel serta lima orang Thailand, sebagai pertukaran dengan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Otoritas Israel memperkirakan, kurang dari setengah dari 59 sandera yang masih ditahan masih hidup.

Namun, gencatan senjata yang rapuh ini kembali terguncang setelah serangan udara Israel yang menewaskan seorang pria di Gaza Timur pada Kamis.

Militer Israel menyebut bahwa pria tersebut merupakan salah satu yang sedang menanam bom di sekitar wilayah yang sedang dikuasai oleh pasukan Israel, dan serangan itu dilakukan untuk menghilangkan ancaman.

Serangan militer Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 48.000 korban jiwa sejak dimulai pada Oktober 2023, setelah serangan lintas perbatasan yang dipimpin oleh Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang, banyak di antaranya tewas akibat penerapan “Doktrin Hannibal” yang kontroversial oleh Pasukan Pertahanan Israel, serta mengambil 251 sandera.

Di Gaza, sejumlah warga mengkritik pernyataan Trump yang semakin memperburuk situasi.

Sebelumnya, Trump juga menyarankan agar penduduk Gaza dipindahkan dan wilayah tersebut dibangun menjadi “Riviera Timur Tengah.” Salah seorang warga Gaza, Ahmed yang tinggal di Khan Younis, menegaskan, “Pekerjaan Trump seharusnya lebih fokus pada perdamaian… dengan menukar sandera antara kedua belah pihak, bukan malah mengancam dan menuduh rakyat Gaza yang sudah menderita akibat perang ini.”

Pada Kamis, pejabat keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa mediator Mesir dan Qatar turut hadir dalam pertemuan antara utusan Trump dan Hamas.

Utusan urusan sandera AS, Adam Boehler, memiliki wewenang untuk berbicara langsung dengan Hamas, kata Gedung Putih mengenai pertemuan tersebut.

Boehler dan pejabat Hamas sudah beberapa kali bertemu di Doha dalam beberapa pekan terakhir, meskipun identitas perwakilan Hamas dalam pertemuan itu belum jelas.

Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan singkat pada Kamis yang menyebutkan bahwa Israel telah menyampaikan posisinya kepada AS terkait perundingan langsung dengan Hamas.

Menurut dua pejabat Mesir yang mengerti situasi tersebut, Hamas menegaskan tetap pada kesepakatan gencatan senjata yang ada.

Israel sendiri ingin memperpanjang gencatan senjata untuk memastikan pembebasan sandera, namun tanpa menyepakati perundingan final untuk mengakhiri perang. Sementara itu, Hamas berharap bisa melanjutkan ke fase kedua, di mana kedua pihak akan merundingkan penghentian pertempuran.

Mesir juga menekankan pentingnya mematuhi kesepakatan gencatan senjata agar rencana rekonstruksi Gaza yang didukung oleh negara-negara Arab dapat terlaksana.

Sumber Mesir mengatakan pembicaraan berakhir dengan suasana positif, yang menunjukkan bahwa kedua pihak mungkin segera menuju pembicaraan lebih lanjut untuk mencapai fase kedua dari kesepakatan ini.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular