Hamas pada Jum’at mendesak Presiden AS Donald Trump untuk bertemu dengan para tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah sebelumnya ia bertemu dengan para tahanan Israel yang dibebaskan oleh Hamas.
Basem Naim, anggota biro politik Hamas, dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Trump, meminta agar Trump, yang sebelumnya menyebutkan “penderitaan tak tertahankan” para tahanan Israel, untuk “menunjukkan tingkat penghormatan yang sama terhadap para tahanan politik Palestina dan meluangkan waktu untuk bertemu mereka serta mendengarkan kisah-kisah mereka.”
Naim juga menyoroti bahwa jumlah tahanan Palestina di penjara Israel saat ini mencapai 9.500 orang.
Pada Kamis lalu, Trump bertemu dengan delapan mantan tahanan Israel di Oval Office setelah mereka dibebaskan oleh Hamas sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari, 15 bulan setelah pecahnya perang di Jalur Gaza.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan bahwa pembicaraan langsung dengan Hamas bukanlah negosiasi, melainkan “penyampaian posisi Amerika yang ada tentang Hamas dan bagaimana kelompok ini tidak dapat ada di Gaza.”
Menanggapi pertanyaan tentang pertemuan Utusan Khusus AS untuk Tahanan, Adam Boehler, dengan para pemimpin Hamas di Qatar, Bruce mengatakan: “Jika Anda berbicara dengan seseorang, itu tentu bukan negosiasi. Itu bukan hal yang tak bisa didamaikan. Itu adalah penyampaian posisi Amerika dengan cara yang berbeda.”
Ia menekankan bahwa tidak ada perubahan dalam posisi AS terhadap Hamas.
Menanggapi pertanyaan tentang dukungan Washington terhadap keputusan Israel untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, Bruce berkomentar: “Bantuan hanya bisa diberikan dalam kerangka yang aman. Ini bukan penahanan, melainkan refleksi dari kerangka situasi di lapangan, dan itu terus berlanjut.”
Pada hari Minggu, pemerintah Israel memutuskan untuk menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, beberapa jam setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Tel Aviv, serta kegagalan pihak Israel untuk memulai negosiasi untuk fase kedua.