Indonesia pada Kamis (10/4) menyampaikan keinginannya untuk bergabung dalam proyek jet tempur generasi kelima buatan dalam negeri Turki, sebuah langkah penting dalam upaya negara tersebut meningkatkan kekuatan udaranya dan mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar.
Niat tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Indonesia Prabowo Subianto saat berkunjung ke Ankara untuk melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat hubungan yang selama ini telah terjalin erat antara kedua negara.
Dalam pernyataannya, Presiden Subianto menyebut jet tempur Kaan, pesawat tempur generasi kelima yang telah dikembangkan Turki, selama hampir satu dekade. Jet tersebut pertama kali diperkenalkan kepada publik pada 2023 dan berhasil melakukan uji terbang perdana pada awal 2024.
Jika berhasil diproduksi secara massal, Kaan akan menempatkan Turki, di jajaran sedikit negara yang memiliki infrastruktur dan teknologi untuk memproduksi jet tempur generasi kelima.
Ankara sebelumnya telah beberapa kali menyampaikan keinginannya untuk membuka kerja sama dengan negara-negara sahabat dalam pengembangan proyek ini.
Dalam konferensi pers bersama Presiden Erdoğan, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia ingin memperkuat kerja sama di berbagai bidang, antara lain ekonomi, kesehatan, konstruksi, energi, dan budaya. Namun, ia memberi penekanan khusus pada kerja sama pertahanan.
“Kami ingin kemitraan yang lebih kuat,” ujar Subianto. “Indonesia juga menyampaikan keinginan untuk turut serta dalam proyek pesawat tempur nasional generasi kelima, Kaan.”
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia ingin terlibat dalam inisiatif Turki, terkait produksi kapal selam.
“Saya mengagumi Türkiye dan banyak belajar dari negara ini,” ujarnya.
Turki, yang merupakan anggota NATO, meluncurkan proyek TF-X pada 2016 untuk mengembangkan pesawat tempur nasional. Jet Kaan dirancang untuk menggantikan armada F-16 milik Angkatan Udara Türkiye yang akan dipensiunkan mulai 2030-an.
Untuk tahap awal, Kaan akan menggunakan dua mesin General Electric F-110, yang juga digunakan pada jet tempur generasi keempat Lockheed Martin F-16. Namun, Turki, menargetkan penggunaan mesin buatan dalam negeri pada produksi massal yang direncanakan mulai tahun 2028.
Kaan dirancang mampu melakukan pertempuran udara ke udara menggunakan persenjataan generasi baru dan melakukan serangan presisi dari kompartemen senjata internal dengan kecepatan supersonik. Jet ini juga akan dilengkapi kecerdasan buatan dan sistem jaringan saraf guna meningkatkan daya tempur.
Presiden Erdoğan memuji hubungan erat dengan Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dan menyampaikan keinginan kedua negara untuk terus memperluas kerja sama dan meningkatkan volume perdagangan bilateral.
“Kami meninjau langkah-langkah potensial untuk meningkatkan volume perdagangan hingga mencapai target 10 miliar dolar AS secara seimbang dan berdasarkan manfaat bersama,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Erdoğan dan Subianto juga menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman di bidang media, hubungan masyarakat dan komunikasi, kebudayaan, serta penanggulangan bencana.
Saat kunjungannya ke Indonesia pada Februari lalu, Erdoğan sempat menghadiahkan Subianto mobil listrik Togg, kendaraan listrik buatan dalam negeri Turki.
Kunjungan tersebut juga menghasilkan penandatanganan perjanjian usaha patungan antara produsen drone Turki, Baykar, dan perusahaan pertahanan Indonesia, Republikorp, untuk membangun fasilitas produksi drone di Indonesia.
Kolaborasi ini bertujuan memperkuat kemampuan manufaktur Indonesia dan mencakup produksi bersama drone unggulan Bayraktar TB3 dan Akıncı, yang akan diekspor ke Indonesia.
Kedua negara telah menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada 2010. Salah satu hasilnya adalah pengembangan tank medium bersama oleh PT Pindad dan FNSS Turki.
Pada 2023, kedua negara menyepakati rencana aksi untuk latihan militer bersama dan penguatan kerja sama industri pertahanan. Pada tahun yang sama, Indonesia juga membeli 12 drone Turki, senilai sekitar 300 juta dolar AS sebagai bagian dari upaya modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).