Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, pada hari Sabtu mengumumkan bahwa Israel telah menahan 2 anggota parlemen Inggris di Bandara Ben Gurion selama kunjungan mereka ke Tel Aviv.
Dalam sebuah pernyataan, Lammy menyebut bahwa Israel melarang masuk 2 anggota parlemen dari Partai Buruh, Ibtisam Muhammad dan Yvonne Yang, serta menahan mereka di bandara.
“Tidak dapat diterima bahwa dua anggota parlemen Inggris ditahan dan dilarang masuk oleh otoritas Israel selama kunjungan delegasi parlemen ke Israel,” katanya.
Menteri Inggris tersebut menekankan bahwa penahanan tersebut mengkhawatirkan dan akan menimbulkan dampak negative.
Ia menambahkan bahwa ia tengah melakukan komunikasi untuk mendukung Muhammad dan Yang.
“Saya telah menyampaikan kepada pejabat pemerintah Israel bahwa ini bukanlah cara yang seharusnya diterapkan terhadap anggota parlemen Inggris,” imbuhnya.
Lammy juga menyatakan bahwa pemerintah Inggris akan terus bekerja untuk memulai kembali gencatan senjata di Gaza dan kembali ke meja perundingan guna menghindari pertumpahan darah.
Pada 18 Maret lalu, Israel membatalkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku sejak 19 Januari.
Israel juga embali melanjutkan perang genosida di Jalur Gaza. Hingga Sabtu telah menewaskan 1.309 warga Palestina dan melukai 3.184 lainnya. Sebagian besar anak-anak dan perempuan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Pada hari Sabtu, Kementerian Dalam Negeri Israel mengumumkan bahwa mereka melarang masuk dua anggota parlemen Inggris dan dua asisten mereka.
Alasannya, bahwa tidak ada delegasi parlemen resmi yang mengunjungi negara tersebut.
Kedua anggota parlemen, Ibtisam Muhammad dan Yvonne Yang, dilaporkan ditahan dan diinterogasi setelah tiba di Bandara Ben Gurion pada Sabtu siang, menurut media-media Israel.
Perlu dicatat bahwa kedua anggota parlemen tersebut dikenal sebagai pendukung gerakan boikot terhadap Israel atas dasar genosida yang dilakukan di Gaza.
Dengan dukungan penuh dari AS, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah mengakibatkan lebih dari 165.000 warga Palestina tewas atau terluka. Sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 11.000 orang dilaporkan hilang.