Otoritas Kementerian Kesehatan Gaza pada 26 Desember lalu menerima antaran sebuah peti dari pihak Israel berisi 80 jasad warga Palestina yang sebelumnya dilaporkan hilang karena diculik tentara Zionis selama operasi daratnya di Gaza, lansir Anadolu Agency.
Kantor media pemerintah Gaza menyampaikan sebagian jasad yang dikembalikan dalam keadaan tidak utuh dan tanpa disertai keterangan identitasnya.
Bentuk jasad-jasad tersebut telah berubah karena organ-organnya telah hilang.
Sebagian kantong juga berisi jasad yang telah terurai, menandakan tentara Israel mengeluarakn mayat dari makamnya, lalu membawanya ke suatu tempat sebelum dikembalikan ke otoritas Gaza.
Pihak Israel juga menolak memberikan informasi dari mana pasukan Zionis sebelumnya menculik para warga Gaza yang kemudian mereka eksekusi tersebut.
Pada sore harinya, 80 jasad tersebut dikuburkan secara massal di pemakaman Til As-Sulthan, di Rafah, Gaza.
Rasmia Kodih, salah seorang ibu asal Gaza, menuntut Israel mengembalikan jasad anaknya yang dibunuh tentara Zionis pada 7 Oktober lalu. Kodih menduga kuat, Israel telah menahan jasad anaknya untuk dicuri organnya.
“Saya ingin jasad anak saya dikembalikan utuh, lengkap semua organnya,” ucap Kodih kepada Anadolu Agency, sembari berisak tangis.
“Saya ini hanya seorang ibu. Saya ingin mereka (Israel) mengembalikan jasad anak saya secara utuh,” lanjutnya.
Tidak diketahui apakah jenazah anak Rasmia Kodih berada di antara 80 jasad tersebut.
Para dokter di Gaza pun mengalami kesulitan mengidentifikasi seluruh jasad yang tidak utuh, tanpa identitas, dan tak diketahui pula tempat tinggalnya.
Hal itu lantaran pihak Israel menolak menyampaikan informasi apapun kepada otoritas kesehatan Gaza.
Selasa pagi (30/1), otoritas kesehatan Gaza kembali menunggu harap-harap cemas kedatangan truk pendingin milik Israel di lokasi pertemuan yang sama dengan sebelumnya, perbatasan Karim Abu Salim.
Kali ini, yang diantar Israel adalah 100 kantong mayat berisi jasad utuh, jasad setengah utuh, dan bagian-bagian tubuh, ungkap seorang tenaga kesehatan Gaza di lokasi, lansir Reuters.
Otoritas Gaza menyampaikan jenazah-jenazah tersebut adalah para warga sipil yang dibunuh Israel dalam operasi daratnya di Gaza, dan mayat-mayat yang digali dari pemakamannya.
Setelah itu, 100 kantong mayat tersebut dibawa ke Rafah untuk dikuburkan secara massal, di mana para dokter, tenaga kesehatan, dan kerumunan warga Gaza telah berkumpul.
Sebelum dikubur, jasad-jasad tersebut difoto untuk proses identifikasi, meski hal itu sangat sukar dilakukan karena pihak Israel kembali mengantarkannya tanpa mau menyampaikan informasi terkait identitas jenazah.
“Insyaallah, setelah perang ini usai, akan dilakukan tes DNA dan tes lainnya. Tapi, untuk saat ini, sangat sulit melakukan identifikasi nama dan identitas korban,” ungkap Abu Thaha, salah satu dokter di lokasi.
Issa Abu Sarhan, merupakan seorang ayah yang berusaha mencari jasad anaknya di antara kantong-kantong mayat tersebut. Ia sendiri tak yakin apakah bisa menemukan jasad anaknya yang dicuri pasukan Israel dari makamnya di Khan Yunis.
“Saya telah menguburnya di permakaman An-Nimsawi, di Khan Yunis. Lalu saya dengar para Yahudi mengambil jasad-jasad dari permakaman itu. Karena itu saya ke sini setelah dengar jasad-jasad (dari Israel) telah diterima, untuk cari anak saya,” ungkap Issa.