Menteri Pertahanan Israel Yoaz Gallant mengataka pihaknya kini menyasar Rafah bagian selatan di Jalur Gaza sebagai target serangan.
Gallant mengklaim daerah itu kini menjadi benteng terakhir Hamas yang tersisa dan tempat kelompok Palestina itu bersembunyi.
“Kami juga akan menjangkau daerah-daerah yang belum pernah kami perangi di tengah Jalur Gaza dan di selatan, dan khususnya (benteng) terakhir Hamas yang tersisa di Rafah,” ujar Gallant dalam konferensi pers sepeti dikutip KAN.
Lebih dari 1,3 juta orang kini tinggal di Rafah dan sekitarnya dan sebagian besar dari mereka mengungsi dari wilayah lain di Gaza.
Beberapa kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan terhadap serangan militer Israel di Rafah, yang akan merenggut nyawa banyak orang di sana.
Gallant menegaskan kembali setelah pertempuran berakhir, Hamas tidak akan bisa memerintah Gaza lagi.
Dia menggambarkan operasi darat tentara di Gaza sebagai “salah satu yang paling rumit dan rumit dalam sejarah perang.”
Sejauh ini, Hamas belum mengomentari pernyataan Gallant.
Rafah mulai diserang
Sebelumnya, pasukan pendudukan Israel dilaporkan meningkatkan serangan mereka di kota Rafah, Gaza selatan, Jumat (2/2) malam, lansir Al Jazeera.
Hal itu ditunjukkan Israel saat jet tempur mereka menyerang tiga rumah di Rafah, menewaskan 24 orang dan melukai puluhan lainnya, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Menurut Tel Aviv, tujuan utama operasi ini adalah untuk mengambil kendali dari Koridpor Philadelphia.
Koridor tersebut adalah sebuah jalur sempit sepanjang 14 km yang memisahkan Palestina dari Mesir, membentang dari penyeberangan Karam Abu Salem yang dikuasai Israel,
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 warga Israel.
Setidaknya 27.478 warga Palestina telah tewas dan 66.835 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.