Lembaga medis non-profit asal Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengatakan, menjelang setahun aksi genosida Israel, kondisi Jalur Gaza semakin memburuk.
Anggota Presidium MER-C dr. Sarbini Abdul Murad mengatakan, selain jumlah korban terus bertambah, pelayanan rumah sakit juga kian memburuk.
“Tapi MER-C tetap melakukan pengirim tim medis secara bergelombang. Dan sekarang sudah gelombang ke 6,” kata Sarbini via wawancara telepon dengan Gaza Media, Selasa (1/10).
Sarbini mengatakan tim medis MER-C harus melayani pasien dengan kondisi seadanya.
Kata Sarbini, tim medis gelombang ke-6 melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Gaza Utara.
“Mereka beroperasi dengan peralatan medis yang minimum,” kata Sarbini.
Sarbini menungkapkan kebutuhan medis di sana sangat mendesak. Mulai dari tenaga kesehatan serta obat-obatan.
“Selain itu, instrumen bedah dan peralatan penunjang lain seperti laboratorium dan rontgen, serta listrik juga sangat diperlukan,” jelas Sarbini.
Sarbini menjelaskan hingga saat ini ancaman dari Israel untuk terus menduduki Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
“Ancaman selalu ada. Dentuman tembakan sering terdengar. Tak jauh dari rumah sakit kami,” jelas dia.
Meski begitu, Sarbini tetap menginstruksikan timnya di Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk tetap bertahan.
“Kami minta kepada teman2 untuk tidak keluar dari rsi kalau pun keluar mesti dengan konvoi WHO,” jelasnya.
Seperti diketahui pada Desember tahun lalu, penjajah Israel menduduki Rumah Sakit Indonesia dan menjadikannya sebagai markas militer di tengah perang yang terus terjadi di jalur Gaza.
MER-C pun membantah tuduhan militer Israel bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina menjadi tempat persembunyian dan pusat operasi serta penyimpanan logistik militer pasukan Hamas.
Sarbini berharap Presiden terpilih Prabowo Subianto dapat terus konsisten membantu Palestina baik politik kemanusiaan dan aspek Pendidikan.
“Sebab guru dan sekolah di Gaza pada meninggal dan banyak bangunan sekolah hancur,” kata Sarbini.
Dia juga mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Prabowo dengan mengirim tim medis ke Gaza dan memberi bea siswa kepada mahasiswa palestina untuk kuliah di Universitas Pertahanan.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, menyampaikan sedikitnya 41.600 orang gugur dan sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menyusul genosida yang dilakukan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu.