Friday, February 21, 2025
HomeBeritaKelaparan dan penyiksaan: Kesaksian tenaga medis Gaza yang ditahan Israel

Kelaparan dan penyiksaan: Kesaksian tenaga medis Gaza yang ditahan Israel

Organisasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia, Israel, mengungkapkan pelanggaran berat yang dialami tenaga medis Palestina di Gaza. Pelanggaran itu dilakukan selama penahanan mereka di pusat-pusat tahanan Israel.

Pelanggaran tersebut mencakup penahanan massal, penyiksaan, dan kelaparan, yang terjadi selama genosida Israel di Gaza.

Laporan yang dirilis pada hari Rabu ini didasarkan pada 24 kesaksian langsung dari tenaga medis yang ditahan.

Mereka melaporkan mengalami penghilangan paksa, kekerasan fisik, kelalaian medis, serta interogasi tanpa hak hukum yang memadai.

Penahanan massal tanpa pengadilan

Laporan itu menyebutkan bahwa lebih dari 250 tenaga medis Palestina telah ditangkap sejak Oktober 2023. Mereka terdiri dari dokter, perawat, dan asisten medis.

Hingga kini, lebih dari 180 orang masih ditahan tanpa proses hukum yang jelas atau kejelasan mengenai pembebasan mereka.

Sebagian besar penahanan terjadi di rumah sakit dan fasilitas medis. Pasukan Israel menggunakan kekuatan brutal untuk menangkap tenaga medis, menelanjangi mereka, dan memperlakukan mereka secara kejam.

Interogasi di bawah tekanan

Dari 24 tenaga medis yang memberikan kesaksian, 20 orang menyatakan bahwa mereka ditangkap langsung dari rumah sakit.

Selama interogasi, mereka dipaksa memberikan informasi tentang terowongan Hamas dan lokasi sandera. Beberapa di antaranya bahkan dipaksa menggambar peta rumah sakit.

Tidak ada pertanyaan yang berkaitan dengan kejahatan pribadi, yang menegaskan bahwa tujuan interogasi adalah mengumpulkan intelijen, bukan menegakkan hukum.

Selain itu, mereka juga dipaksa bekerja sama di lapangan. Salah seorang dokter dijadikan pemandu untuk menunjukkan lokasi-lokasi di dalam rumah sakit. Sementara yang lain dipaksa mengosongkan sekolah dan menyampaikan pesan.

10 dari 24 tahanan mengaku dipaksa menandatangani dokumen dalam bahasa Ibrani, meski mereka tidak memahaminya.

Selain itu, 23 dari 24 orang dilarang bertemu pengacara sebelum atau selama interogasi.

Penyiksaan dan kelaparan sistematis

Menurut keterangan dokter, Penyiksaan dimulai sejak momen pertama penangkapan.

Dr. Khaled Al-Sir, seorang ahli bedah di RS Al-Nasr, Gaza, menceritakan bagaimana ia dan rekan-rekannya ditelanjangi di tempat umum sebelum ditangkap.

“Mereka mengikat tangan kami dengan ikatan plastik selama 5 hari. Kami diinterogasi di rumah-rumah kosong, sementara rekan-rekan saya disiksa dan dipukuli,” ungkapnya.

Seorang dokter gigi dengan inisial K.J. mengaku diancam akan jari-jarinya dipotong selama penyiksaan dan dipukuli saat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Seorang ahli bedah senior juga mengungkapkan bahwa pasukan Israel melepaskan anjing ke arah para tahanan dan memaksa mereka bertindak seperti anjing sambil ditertawakan oleh para tentara.

“Mereka membuat kami menggonggong seperti anjing,” katanya.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa banyak tahanan mengalami pelecehan seksual dan penyiksaan psikologis.

“Banyak tahanan menyaksikan serangan seksual dan penyiksaan psikologis, termasuk ancaman terhadap keluarga mereka, ditelanjangi, dan ditinggalkan dalam posisi stres selama berjam-jam,” katanya.

Ancaman tersebut, katanya, termasuk pemaksaan bermain permainan yang merendahkan di bawah ancaman kekerasan.

Banyak tenaga medis melaporkan mengalami kelaparan selama penahanan. Mereka hanya menerima beberapa potong roti setiap hari, yang menyebabkan malnutrisi parah.

Pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, tidak mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan.

“Saya terpaksa berpuasa selama 22 hari untuk menghemat makanan saya,” ungkap salah satu dokter.

Sementara yang lain mengatakan bahwa ia menderita hernia akibat malnutrisi yang parah.

Penahanan tanpa dakwaan atau pengadilan

Sebagian besar tenaga medis yang ditahan tidak menghadapi dakwaan apa pun, dan tidak ada bukti yang diajukan terhadap mereka.

Dr. Khaled Al-Sir mengatakan bahwa ia ditahan selama 7 bulan tanpa tuduhan sebelum akhirnya dibebaskan pada Oktober 2024.

Sementara itu, Dr. A.S., seorang ahli jantung, menyatakan bahwa ia menghadiri dua sesi dengar pendapat. Namun, katanya, tidak ada dakwaan yang dikenakan terhadapnya.

Ia hanya diberitahu bahwa ia akan tetap ditahan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Kecaman HAM dan tuntutan pembebasan segera

Organisasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel ini mengecam perlakuan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai pelanggaran sistematis terhadap hukum humaniter internasional. Termasuk Konvensi Jenewa yang melindungi tenaga medis selama konflik.

“Apa yang terjadi adalah skandal moral dan hukum. Tenaga medis seharusnya tidak pernah menjadi target, apalagi disiksa hanya karena mereka memberikan perawatan yang menyelamatkan jiwa,” kata Naji Abbas, Direktur Departemen Hak-Hak Tahanan di organisasi tersebut.

Ia menuntut pembebasan segera semua tenaga medis yang ditahan dan mendesak komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran ini.

Hingga kini, otoritas Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laporan ini.

Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, dengan dukungan penuh Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida di Gaza. Serangan tersebut telah menyebabkan 160.000 korban jiwa dan luka-luka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 14.000 orang hilang.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular