Universitas dan akademisi Israel menghadapi pemboikotan global yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak negara penjajah tersebut melancarkan perang yang menghancurkan Jalur Gaza, lansir Middle East Monitor pada Senin (11/11).
Mengutip data dari Asosiasi Kepala Universitas Israel, lebih dari 300 kasus pemboikotan akademik terhadap universitas dan akademisi Israel tercatat sejak 7 Oktober 2023.
Menurut data tersebut, Belgia mencatatkan jumlah pemboikotan tertinggi, dengan lebih dari 40 kasus, diikuti oleh Amerika Serikat dengan lebih dari 35, Inggris dengan lebih dari 20, dan Belanda dengan lebih dari 15.
Sementara itu, Italia mencatatkan lebih dari sepuluh kasus pemboikotan, sebagai tindak lanjut dari inisiatif yang diluncurkan oleh Serikat Akademisi Italia.
Pemboikotan global terhadap akademisi Israel tercermin dalam berbagai bentuk, termasuk 50 kasus penolakan artikel ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan Israel, 30 kuliah yang dibatalkan oleh akademisi Israel, serta 30 kasus di mana akademisi asing menolak untuk memberikan kuliah di konferensi ilmiah dan hari studi yang diselenggarakan oleh universitas-universitas Israel.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa dalam 30 kasus, kerja sama riset antara Israel dan universitas asing serta program pertukaran mahasiswa telah dihentikan.
Pemboikotan global ini mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk sejarah, hukum, arkeologi, studi Yahudi, budaya, ilmu alam, dan teknik.
Data tersebut mengindikasikan bahwa “situasi sangat serius” di Belgia, di mana sekitar 15 beasiswa akademik telah dibatalkan, selain penolakan untuk memberikan rekomendasi dan laporan kepada peneliti Israel serta mengabaikan pesan tertulis atau lisan dari mereka.
Emmanuel Nahshon, mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel yang kini bertanggung jawab menangani pemboikotan akademik atas nama Asosiasi Universitas Israel, mengatakan bahwa “pemboikotan akademik merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi universitas Israel sejak 7 Oktober, di arena internasional.”
“Sayangnya, kami memperkirakan bahwa perjuangan ini akan berlangsung dalam jangka panjang, dan kami mempersiapkannya melalui kerja sama terkoordinasi antar universitas Israel dan dengan bantuan teman-teman kami di seluruh dunia,” tambahnya.