Sunday, November 24, 2024
HomeAnalisis dan OpiniOpiniMasa tenang pilpres dan pembantaian Rafah

Masa tenang pilpres dan pembantaian Rafah

Warga Rafah yang terluka diangkut ke Rumah Sakit Kuwait di Rafah, Jalur Gaza selatan, 12 Februari 2024, setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza selatan. IMAD EFE/EPA/HAITHAM
Warga Rafah yang terluka diangkut ke Rumah Sakit Kuwait di Rafah, Jalur Gaza selatan, 12 Februari 2024, setelah serangan udara penjajah Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza selatan. IMAD EFE/EPA/HAITHAM

Publik Indonesia sejak Ahad (11/2) hingga Selasa (13/2) tengah memasuki masa tenang jelang pencoblosan pada 14 Februari mendatang.

Masa tenang bertujuan untuk memberi kesempatan bagi para pemilih berpikir secara tenang dan objektif. Para pemilih diharapkan mempertimbangkan pilihannya tanpa tekanan.

Walhasil, tidak ada lagi hiruk pikuk kampanye. Alat peraga masing-masing paslon dan caleg diturunkan. Tidak lama lagi warga Indonesia akan mengetahui siapakah calon presiden dan wakil presiden mereka, serta para anggota legislatif dalam setiap jenjang.

Beragam pola kampanye telah disuguhkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Dari mulai berjoget ria, bertemu para pemuda dan mahasiswa, hingga menginap di rumah warga.

Meski Indonesia tengah memasuki masa tenang, situasinya jauh berbeda dengan saudara-saudara kita di Rafah, Palestina. Tidak ada kata tenang bagi masyarakat Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengerahkan pesawat-pesawat tempurnya untuk membombardir wilayah Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir itu.

Lebih dari 100 warga Palestina gugur dalam serangan kolonialis Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada Senin pagi (11/2). Anak-anak, perempuan, dan orangtua meregang nyawa hanya dalam sehari.

Padahal sang penjajah sebelumnya memaksa warga sipil untuk mengungsi, dengan mengklaim bahwa Rafah merupakan zona aman. Namun apa yang terjadi? Pembantaian terus berlanjut.

Rafah adalah rumah bagi 1,4 juta warga Palestina yang Sebagian besar lari dari wilayah Palestina lainnya yang telah dihujani bom Israel. Rafah adalah benteng terakhir bagi para pengungsi.

Total hingga kini, lebih dari 28.000 saudara-saudara kita Palestina sudah gugur. Rencana Netanyahu yang akan mengerahkan operasi darat di Rafah –dengan dalih memburu Hamas– bisa berkali-kali lipat menggandakan jumlah korban di Palestina.

Kekejaman Israel ini hanya berlangsung kurang dari sebulan dari putusan International Court Justice (ICJ) yang meminta Tel Aviv untuk mencegah tindakan genosida di Gaza.

Namun realitanya, ketuk palu hakim tidak menghalangi kepongahan para penjahat perang untuk membunuh rakyat Gaza.

Dunia internasional juga gagal membendung kebiadaban yang dilakukan Israel. Mereka hanya mampu menyuarakan sumpah serapah dan kutukan. Tanpa benar-benar dapat menyudahi genosida penjajah terhadap warga Palestina. Inilah kegagalan rezim sistem internasional hari ini.

Di tengah masa tenang pilpres di Indonesia, kita patut mengenang kembali janji para calon presiden soal Palestina yang telah disuarakan selama kampanye maupun debat capres.

Ketiganya sepakat memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Para capres juga menggaungkan kembali spirit anti penjajahan dalam konstitusi Indonesia.

Anies berkata politik luar negeri Indonesia memiliki amanah terpenting untuk menghapus penjajahan di muka bumi, khususnya terkait Palestina.

Prabowo secara kontroversial berucap tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban manusia mengajarkan, bangsa itu akan dilindas sperti Gaza. Diambil kekayaannya, diusir dari tanah airnya.

Sedangkan Ganjar menegaskan komitmen Indonesia pada kemerdekaan Indonesia dan negara ini selalu setia membebaskan seluruh bangsa tanpa boleh mengintervensi satu dengan lain..

Inilah waktu yang tepat bagi mereka, para calon pemimpin Indonesia.

Jika kampanye pilpres kini sudah tak boleh dilakukan jelang pencoblosan, Anda masih dapat berkampanye menyuarakan nasib saudara-saudara kita di Rafah. Tanpa mengenal masa tenang.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular