Masjid yang terletak di jantung kota Yerusalem atau Al-Quds yang diduduki ini adalah saksi sejarah agung yang mengisahkan kisah para sahabat dan penaklukan Islam.
Masjid ini dinamai sahabat mulia Ukasyah bin Mihshan, dan menjadi simbol keaslian serta perlawanan terhadap upaya Yahudisasi dan penghapusan identitas Islam.
Sejak dibangun, masjid ini telah menjadi sasaran berbagai pelanggaran yang bertujuan mengubah identitasnya.
Lokasi
Masjid Ukasyah terletak di sebelah barat Yerusalem, di utara Kota Tua, dekat lingkungan Al-Musrara.
Asal penamaan
Masjid ini dinamai Ukasyah sebagai penghormatan kepada sahabat Nabi Muhammad SAW, Ukasyah bin Mihshan Ra.
Sejarah
Masjid Ukasyah dibangun pada akhir era Utsmaniyah pada abad ke-19 dan terletak di depan Qubbah Al-Qaymariyyah di Yerusalem.
Masjid ini dinisbahkan kepada Ukasyah bin Mihshan, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang diyakini datang ke Yerusalem saat penaklukan Islam pada abad ke-7, dan dikatakan dimakamkan di lokasi ini.
Sementara itu, Qubbah Al-Qaymariyyah yang terletak di barat laut Yerusalem dinisbahkan kepada sekelompok syuhada pejuang yang dimakamkan di sana.
Kubah ini dibangun pada abad ke-13 oleh Dinasti Mamluk dan dikenal sebagai “Makam Para Syuhada”, di mana dimakamkan sejumlah prajurit Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk, di antaranya:
- Pangeran syahid Husamuddin Abu Hasan bin Abi Al-Fawaris Al-Qaymari (wafat pertengahan Dzulqa’dah tahun 648 H)
- Pangeran Dhiyauddin Musa bin Abi Al-Fawaris (wafat 10 Dzulqa’dah 648 H)
- Pangeran Husamuddin Khidr Al-Qaymari (wafat 14 Dzulhijjah 661 H)
- Pangeran Nasiruddin Abu Hasan Al-Qaymari (wafat 20 Shafar 665 H)
- Pangeran Nasiruddin Muhammad Jabir Bek, salah satu pejabat tinggi di Syam dan pengelola dua Masjid Suci (Yerusalem dan Hebron) (wafat Senin malam 11 Muharram 776 H)
Di luar kubah tersebut terdapat pemakaman yang mencakup jenazah para pejuang lainnya.
Pelanggaran oleh pendudukan Israel
Pasukan pendudukan Israel menyerang Masjid Ukasyah dan Qubbah Al-Qaymariyyah saat peristiwa “Revolusi Al-Buraq” pada 26 Agustus 1929.
Mereka menodai mushaf-mushaf Al-Qur’an, mencopot papan perak bertuliskan “Ukasyah” yang dibuat di Istanbul, serta mencuri sejumlah uang dari rumah imam masjid.
Sebagaimana disebutkan sang imam dalam seruannya seminggu kemudian kepada Haji Amin Al-Husseini, ketua Dewan Tinggi Islam.
Imam tersebut memohon bantuan dari dewan untuk membangun kembali makam dan menyediakan 4-5 kamar bagi para peziarah Muslim. Serta mendirikan tembok pelindung bagi dirinya dan keluarganya.
Saat menulis seruannya pada tahun 1929, sang imam dan keluarganya merupakan satu-satunya keluarga Arab yang tersisa di lingkungan tersebut, yang sebelumnya dihuni secara campuran oleh Yahudi dan Arab pada awal abad ke-20.
Di dinding masjid terdapat dua prasasti pudar yang diukir di batu di samping pintu besi besar.
“Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah. Ini adalah makam Sayyidina Ukasyah, sahabat Rasulullah,” demikian tulisan salah satunya dengan berbahasa Arab.
Sementara yang lainnya menunjukkan bahwa makam ini adalah “Makam Sahabat Ukasyah” yang telah direnovasi pada tahun 1380 H.
Pada Juni 1987, dilakukan penggalian dan pembangunan oleh pemerintah kota Yerusalem untuk membuat parit di lokasi Qubbah Al-Qaymariyyah dan Masjid Ukasyah, yang menyebabkan hilangnya beberapa makam Islam di kawasan tersebut.
Masjid ini ditutup sejak pendudukan Israel atas wilayah barat Yerusalem pada tahun 1948. Adzan dan salat dilarang hingga tahun 2024.
Kini masjid ini terletak di jalan yang disebut “Strauss Street” di dalam lingkungan ultra-Ortodoks Yahudi Mea Shearim, di mana halaman masjid telah dipenuhi sampah dan di sekitarnya terdapat taman.
Pengubahan identitas oleh Israel
Otoritas Purbakala Israel melarang warga mendekati masjid karena berada di lingkungan Yahudi yang fanatik.
Masjid ini diubah menjadi situs ziarah Yahudi dan diberi nama Ibrani. Kelompok ekstremis Yahudi mulai menyerbu masjid dan mengadakan ritual keagamaan di dalamnya dengan mengklaim bahwa itu adalah makam putra Rahel.
Serangan ini terjadi setelah sulitnya akses kelompok-kelompok ekstremis Yahudi ke makam Rahel (yang sebenarnya adalah Masjid Bilal bin Rabah) di pintu masuk kota Betlehem akibat agresi Israel terhadap Gaza pada tahun 2024.
Para pemukim menghancurkan beberapa makam Islam di Masjid Ukasyah dan merenovasi satu makam yang mereka klaim sebagai makam “Binyamin”, saudara Nabi Yusuf as.
Mereka meletakkan bangku, rak-rak kitab suci Yahudi, pembatas kayu, dan menyalakan lilin-lilin menorah di dalam masjid serta mulai melaksanakan salat di sana.
Mereka juga menulis di dinding masjid dengan bahasa Ibrani bahwa itu adalah “Makam Binyamin bin Ya’qub.”
Pemerintah Kota Yerusalem mengubah Masjid Sahabat Ukasyah menjadi gudang peralatan mereka dan mengabaikan situs Qubbah Al-Qaymariyyah, meski memiliki nilai sejarah dan arkeologis yang tinggi.