Laporan terbaru mengungkapkan adanya penurunan signifikan dalam kesediaan tentara cadangan Israel untuk kembali bertugas dan berpartisipasi dalam serangan militer yang sedang berlangsung di Gaza.
Menurut surat kabar Haaretz yang dilansir pada Jumat, “Setelah keputusan Israel untuk melanggar gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan serta melanjutkan pertempuran, tentara telah memperhatikan penurunan motivasi di kalangan tentara cadangan.”
“Dalam dua minggu terakhir, banyak tentara cadangan yang memberi tahu komandan mereka bahwa mereka tidak akan melapor untuk bertugas jika dipanggil lagi.”
Alasan di balik penolakan ini berkaitan dengan “keputusan pemerintah untuk memberhentikan Kepala Shin Bet, Ronen Bar, serta mengubah komposisi Komite Seleksi Yudisial, dan niat untuk memberhentikan jaksa agung. Para tentara cadangan juga menyebutkan kekhawatiran terhadap ketidakpedulian pemerintah terhadap putusan-putusan Mahkamah Agung.”
Banyak tentara cadangan yang mengutip “alasan kesehatan, keuangan, atau keluarga untuk tidak melapor untuk bertugas, padahal keputusan mereka lebih didasarkan pada alasan moral atau politik.”
“Saya bertemu dengan komandan skuadron saya dan memberitahunya bahwa saya sudah tidak tahan lagi,” kata Alon Gur, seorang navigator tempur di militer Israel selama 16 tahun.
“Garisan terlintas saat negara ini kembali dengan sengaja meninggalkan warganya di siang bolong, di saat pertimbangan politik yang dingin dan sinis mengalahkan pertimbangan lainnya,” tambahnya.
Akibat pernyataannya, Gur diberhentikan dari dinas militer.
Laporan tersebut juga menyoroti peringatan dari komandan cadangan senior mengenai penurunan tingkat perekrutan, yang dikatakan telah menurun hingga 50%.
Seorang komandan cadangan senior menyatakan bahwa komandan brigade dan batalyon menghadapi banyak kasus di mana tentara cadangan menolak untuk melapor bertugas.
“Alasannya adalah pelanggaran terhadap kesepakatan penyanderaan,” ujarnya, menambahkan bahwa “alasan kedua yang sering disebutkan adalah undang-undang yang membebaskan kelompok ultra-Ortodoks dari wajib militer dan dorongan untuk melaksanakan kudeta yudisial.”
Menurut hukum Israel, tentara yang menolak untuk melapor saat dipanggil bertugas dapat dikenakan hukuman penjara, denda, atau pemecatan dari militer. Namun, laporan tersebut menyebutkan bahwa militer Israel menyadari kesulitan dalam memecat ratusan tentara cadangan setelah 18 bulan peperangan.
Militer Israel melancarkan kampanye udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, yang menewaskan 855 orang, melukai hampir 1.900 orang lainnya, dan merusak kesepakatan gencatan senjata serta pertukaran tahanan yang tercapai pada Januari lalu.
Lebih dari 50.000 orang Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.me