Media Israel melaporkan bahwa kesepakatan tukar tahanan antara Israel dan Hamas hampir tercapai, dengan 90% detail kesepakatan sudah disepakati.
Namun, baik Hamas maupun negara-negara mediator—Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat—belum memberikan konfirmasi resmi mengenai hal ini.
Menurut surat kabar Yedioth Ahronoth, yang mengutip sumber-sumber politik, perbedaan utama yang masih menghambat kesepakatan adalah permintaan Hamas agar Israel memberikan jaminan terkait pelaksanaan fase kedua dari kesepakatan.
Hamas dilaporkan khawatir, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencapai tujuan politiknya melalui fase pertama, serangan ke Gaza mungkin akan berlanjut.
Walaupun rincian lengkap mengenai fase pertama dan kedua kesepakatan belum sepenuhnya terungkap, sumber-sumber tersebut menyebutkan bahwa fase pertama akan melibatkan pembebasan tahanan yang sudah lanjut usia atau sakit dengan alasan kemanusiaan.
Sedangkan fase kedua kemungkinan akan mencakup pembebasan tahanan militer.
Seiring dengan kemajuan dalam negosiasi, Steven Witkoff, perwakilan dari Presiden terpilih AS Donald Trump, dikabarkan melakukan kunjungan mendadak ke Israel pada Sabtu dan bertemu langsung dengan Netanyahu.
Witkoff menyatakan optimisme dan berharap kesepakatan bisa segera tercapai.
Witkoff, yang dipilih Trump sebagai utusan khusus untuk Timur Tengah, mengungkapkan bahwa hambatan utama dalam tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan adalah ketidakpercayaan Hamas terhadap komitmen AS, terutama menjelang pelantikan Trump pada 20 Januari mendatang.
Sementara itu, televisi negara Israel, KAN, mengutip sumber asing yang mengatakan bahwa Tel Aviv telah sepakat untuk melanjutkan negosiasi terkait fase kedua kesepakatan, meskipun fase pertama masih berlangsung.
Ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa prosesnya terus berjalan hingga semua tahanan dibebaskan.
Proses negosiasi gencatan senjata dan tukar tahanan, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS, sering terhambat oleh syarat-syarat baru yang diajukan oleh Netanyahu. Sementara itu, serangan militer Israel terhadap Gaza terus berlanjut tanpa henti.
Pejabat-pejabat Israel juga mengungkapkan rencana untuk menduduki sebagian Gaza, menciptakan zona penyangga, dan membangun pemukiman ilegal baru di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Hamas menuntut agar kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan dilaksanakan, dengan syarat Israel mundur sepenuhnya dari Gaza dan menghentikan serangan.
Kelompok oposisi dan keluarga tahanan di Israel menuduh Netanyahu sengaja menghalangi kesepakatan gencatan senjata dan tukar tahanan.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan militer Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 46.500 orang, mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak. Ini terjadi meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang mendesak segera diakhirinya permusuhan.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional terkait perang yang dilancarkan terhadap Gaza