Wednesday, June 18, 2025
HomeBeritaMedia Israel klaim kemajuan signifikan negosiasi gencatan senjata di Gaza

Media Israel klaim kemajuan signifikan negosiasi gencatan senjata di Gaza

Beberapa media Israel melaporkan adanya kemajuan besar dalam upaya mencapai kesepakatan antara Israel dan kelompok Hamas untuk pertukaran tahanan dan penghentian tembakan di Jalur Gaza.

Surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip sumber-sumber regional yang tidak disebutkan namanya menyatakan, telah terjadi kemajuan sangat berarti menuju kesepakatan tersebut.

Salah satu sumber mengatakan bahwa kedua belah pihak kini lebih fleksibel, meski sama-sama khawatir akan dampak konfrontasi yang melibatkan Iran. Selain itu, delegasi negosiator Israel belum berangkat ke Doha karena kekhawatiran langkah itu justru memperlambat komunikasi.

Menurut laporan yang sama, pejabat Amerika Serikat telah memberi tahu keluarga tahanan Israel di Gaza bahwa ada tanda-tanda sangat positif terkait terobosan dalam negosiasi.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam 24 jam terakhir menyatakan telah menetapkan waktu yang memungkinkan terjadinya kemajuan. Namun, seorang sumber non-Israel mengungkapkan bahwa cakupan pembicaraan jauh lebih luas, dan sebenarnya berbicara soal akhir perang.

Pesan-pesan yang disampaikan mencakup apa yang akan terjadi di Gaza, bukan hanya tahap awal yang melibatkan sekitar 8 hingga 10 tahanan hidup.

Israel memperkirakan terdapat 54 tahanan Israel di Gaza, termasuk sekitar 20 yang masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 10.400 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dengan kondisi yang buruk, termasuk penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, yang telah menyebabkan kematian banyak tahanan, menurut laporan organisasi HAM dan media Palestina serta Israel.

Negosiasi dan perkembangan terbaru

Surat kabar tersebut juga menyebutkan, awal pekan ini laporan muncul bahwa di tengah konflik dengan Iran, beberapa sumber dari AS dan negara-negara Teluk menunjukkan perkembangan positif dalam negosiasi rahasia antara Israel dan Hamas mengenai pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Gaza.

Pada Jumat dini hari lalu, Israel dengan dukungan AS melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, menargetkan fasilitas nuklir, pangkalan misil, serta membunuh beberapa pemimpin militer dan ilmuwan nuklir. Serangan ini menyebabkan 224 korban tewas dan 1.277 luka-luka, menurut televisi Iran.

Pada malam yang sama, Iran merespons dengan serangan rudal balistik dan pesawat nirawak, yang hingga Senin siang menewaskan sekitar 24 orang dan melukai ratusan lainnya, serta menimbulkan kerusakan material besar, menurut Kementerian Kesehatan Israel dan media Israel.

Laporan juga menyebutkan, pejabat Arab dan pihak lain telah memberitahu keluarga tahanan bahwa delegasi negosiator Israel kemungkinan segera berangkat ke Doha, Qatar, untuk melanjutkan pembicaraan dan berupaya membuka jalan keluar.

Netanyahu pun menyatakan pada Minggu lalu bahwa ia telah menginstruksikan untuk melanjutkan negosiasi.

Harapan dan kekecewaan keluarga tahanan

Namun, keluarga tahanan Israel merespons pernyataan Netanyahu dengan kekecewaan, menyatakan bahwa mereka sering kali dikecewakan oleh janji dan pernyataan yang tidak diikuti oleh tindakan nyata.

Dalam sebuah pernyataan, keluarga tahanan mengatakan, setiap pernyataan serupa hanya menimbulkan gejolak emosi dan menambah beban mental yang sudah berat. Mereka mengingatkan bahwa waktu bagi tahanan yang masih hidup semakin menipis dan para korban meninggal mungkin tidak kembali.

Keluarga tahanan mendesak Netanyahu untuk membuktikan keseriusannya dengan segera mengirim delegasi negosiasi ke Doha dengan mandat membawa pulang semua tahanan. Mereka menegaskan, tanpa kembalinya para sandera, tidak akan ada kemenangan Israel, baik sebagian maupun penuh.

Hingga saat ini, belum ada komentar resmi dari Hamas, Israel, maupun para mediator terkait klaim yang disampaikan media Israel tersebut.

Tahap dan poin kesepakatan

Pada awal Maret lalu, tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel telah berakhir, yang mulai diberlakukan sejak 19 Januari melalui mediasi Mesir dan Qatar serta pengawasan Amerika Serikat.

Meski Hamas memenuhi ketentuan tahap pertama, Netanyahu menolak memulai tahap kedua, yang diminta oleh pengadilan internasional atas dugaan kejahatan perang yang dilakukannya. Netanyahu justru bersikeras untuk kembali menguasai Jalur Gaza sebagai respons terhadap tekanan kelompok garis keras dalam koalisinya, menurut media Israel.

Pihak oposisi Israel dan keluarga tahanan menilai Netanyahu melanjutkan perang demi memenuhi tuntutan sayap kanan ekstrem dalam pemerintahannya demi kepentingan politik pribadi dan keberlangsungan kekuasaannya.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika telah melakukan serangan besar-besaran di Gaza yang menyebabkan lebih dari 185.000 warga Palestina tewas atau terluka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 11.000 orang hilang, di samping ratusan ribu pengungsi.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular