Sunday, October 5, 2025
HomeBeritaMedia Israel sebut Trump terjebak oleh Hamas

Media Israel sebut Trump terjebak oleh Hamas

Channel 13 berkesimpulan bahwa "Hamas keluar sebagai pemenang dari semua yang terjadi."

Aljazeera Arabic melaporkan pada Sabtu (4/10), kekacauan melanda lanskap politik dan media Israel.

Sejumlah surat kabar dan koresponden militer berpendapat respons Hamas bukanlah persetujuan penuh, melainkan hanya pembukaan pintu negosiasi baru atas sebagian besar klausul inisiatif Trump.

Salah satu jurnalis Israel paling terkemuka, Barak Ravid, koresponden Channel 12, Walla, dan Axios (AS), mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyangka respons Trump.

Situs berita Walla juga mengindikasikan bahwa Netanyahu dan para penasihatnya kini “bekerja keras merumuskan respons terhadap pernyataan Trump.”

Channel Kan yang dikelola pemerintah menilai, Trump telah mencoreng reputasi Israel yang saat ini tidak bisa serta-merta menyatakan penolakan terhadap respons Hamas.

Di sisi lain, Koresponden Militer Walla, Amir Buhbut, menyebut langkah Hamas saat ini sebagai “bagian dari perang psikologis” dengan membalikkan beban dilema kepada Israel dan Amerika Serikat.

“Sepanjang yang saya ingat, Trump berkata jawabannya harus ‘ya’ atau ‘tidak’. Kita akan segera tahu apakah Trump memegang kata-katanya,” ujar Buhbut,

Buhbut mengkritik pernyataan Trump yang “merayakan seolah-olah Hamas menyetujui proposal 100 persen. Itu bukan realitasnya.”

Analis dan jurnalis Noam Amir berpendapat, “Respons Hamas melemparkan bola kepada Presiden Trump” dan apa yang dilakukan Hamas adalah “upaya mengulur waktu dan memperdaya semua orang.

“Ia mempertanyakan apakah Trump akan “terperangkap dalam jebakan Hamas dan masuk ke negosiasi lanjutan?”

Koresponden Channel 14 juga meyakini Trump telah jatuh ke dalam “jebakan pernyataan Hamas” setelah secara terbuka meminta Israel menghentikan serangan di Gaza. Hal ini, menurutnya, untuk pertama kalinya sejak perang, membuat AS seolah mengadopsi narasi Hamas.

Demi Nobel Perdamaian

Radio Angkatan Darat Israel menyebut situasi tersebut sebagai “kegilaan total,” karena Trump memutuskan “Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza, dan Hamas siap berdamai berdasarkan respons yang mereka sampaikan kepada kita.”

Koresponden Channel 12 menjelaskan, langkah gencatan senjata itu “adalah hal yang paling ditakutkan oleh lembaga keamanan Israel selama berbulan-bulan terakhir.”

Channel 12 juga mengutip seorang pejabat Israel yang terkejut dengan pengumuman Trump, mengingat Netanyahu sebelumnya menganggap respons Hamas adalah penolakan terhadap rencana Washington.

Situasi ini mendorong Koresponden Channel 13 berkesimpulan bahwa “Hamas keluar sebagai pemenang dari semua yang terjadi.”

Sementara itu, platform media populer Hadshot B’zman menyatakan bahwa “meja telah dibalik” setelah keputusan Trump yang menuntut penghentian serangan di Gaza.

Pernyataan ini merujuk pada klaim Netanyahu di Washington beberapa hari sebelumnya bahwa dunia kini “menekan Hamas untuk menerima rencana Trump,” dan bahwa Israel telah “membalikkan meja” dan mengisolasi Hamas.

Bahkan, situs berita Ynet terang-terangan beranggapan, “Trump telah menjual Israel demi Hadiah Nobel Perdamaian.”

Perbedaan Interpretasi

Koresponden Channel Kan, Suleiman Maswadeh, dengan beberapa catatan:

* Hamas sebetulnya tidak memberikan jawaban yang sepenuhnya menerima rencana Trump, melainkan menuntut negosiasi atas sebagian besar klausul.

* Hamas menolak pelucutan senjata di Jalur Gaza atau melucuti senjatanya, bertentangan dengan permintaan Trump.

* Trump telah menempatkan Israel dalam dilema, di mana kini mereka tidak bisa menyatakan respons Hamas tidak dapat diterima.

Upaya Meredam Keresahan

Dalam upaya meredakan kebingungan yang melanda panggung politik dan media Israel, Koresponden Channel 12 Yaron Avraham merilis respons dari sumber politik senior—yang diyakini banyak pengamat sebagai Netanyahu.

Sumber tersebut mengklaim bahwa negara-negara Arab dan Trump telah memberikan tekanan besar pada Hamas, sehingga mereka terpaksa menyetujui rencana tersebut.

Persetujuan Hamas untuk membebaskan tentara tawanan dan jenazah secara bersamaan dianggap sebagai pencapaian besar bagi perdana menteri dan Israel. Pembebasan tersebut, lanjutnya, akan ditukar dengan penarikan taktis pasukan Israel, namun dengan tetap berada di jantung Gaza. Hal ini diklaim sebagai “keunggulan besar dan pencapaian tujuan sentral dalam pertempuran.”

Lebih lanjut, sumber politik itu menambahkan bahwa peristiwa yang terjadi bukanlah kejutan bagi Netanyahu, melainkan sesuatu yang telah direncanakan, dan bahwa “semua telah didiskusikan dan disepakati sebelumnya,” klaimnya.

 

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler