Tuesday, April 22, 2025
HomeBeritaMenteri Keuangan Israel: Pembebasan sandera bukan prioritas utama

Menteri Keuangan Israel: Pembebasan sandera bukan prioritas utama

Pernyataan kontroversial Menteri Keuangan Israel dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, memicu kemarahan keluarga para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

Dalam wawancara dengan stasiun radio sayap kanan, Smotrich menyatakan bahwa pembebasan para sandera “bukan tujuan paling penting” bagi pemerintah saat ini.

“Yang harus kita lakukan adalah mengakhiri masalah Gaza,” ujarnya seperti dikutip Haaretz.

“Kita punya peluang besar, tanpa lagi alasan—tidak ada Biden, tidak ada [Menteri Pertahanan Yoav] Gallant, dan tidak ada mantan Kepala Staf IDF,” tambahnya.

Pernyataan ini langsung menuai reaksi keras dari Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang. “Kata kami hanya satu: malu,” demikian pernyataan resmi mereka. “Setidaknya sang menteri telah mengungkap kenyataan pahit kepada publik – bahwa pemerintah ini secara sadar telah memilih untuk meninggalkan para sandera.”

Komentar Smotrich muncul sehari setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tidak akan ada pembicaraan gencatan senjata sebelum Hamas setuju untuk melucuti senjata.

Di sisi lain, Hamas menyatakan bersedia membebaskan seluruh 59 sandera yang tersisa jika Israel sepakat mengakhiri perang secara permanen, tetapi menolak menyerah tanpa syarat.

Sementara kebuntuan terus berlangsung, sejumlah menteri sayap kanan Israel mendorong agar pemerintah meningkatkan serangan ke Gaza. Pekan lalu, Smotrich bahkan menyerukan militer untuk “membuka gerbang neraka” dan mengusir warga Palestina dari Gaza.

Penolakan pemerintah untuk bernegosiasi terjadi di tengah meningkatnya dukungan publik untuk kesepakatan pembebasan sandera. Survei terbaru menunjukkan bahwa hampir dua pertiga warga Israel mendukung negosiasi untuk mengakhiri perang demi membebaskan sandera yang tersisa.

Dari total 147 sandera Israel yang telah dibebaskan selama 18 bulan terakhir, hampir seluruhnya berhasil dipulangkan melalui jalur negosiasi.

Sebanyak 33 orang dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata terakhir, yang runtuh pada 18 Maret ketika Israel kembali memberlakukan blokade dan melanjutkan serangan militer.

Sejak saat itu, lebih dari 1.800 warga Palestina—mayoritas warga sipil—tewas akibat operasi militer Israel, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Blokade yang kembali diperketat telah menciptakan kondisi kelaparan di Gaza, tempat 2,2 juta penduduk kini terancam bencana kelaparan.

Organisasi bantuan kemanusiaan memperingatkan bahwa pasokan makanan dan bantuan semakin menipis dan wilayah tersebut berada di ambang kelaparan besar-besaran.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel selama 18 bulan terakhir telah menewaskan 51.201 warga Palestina. Ribuan korban lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular