Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa menyatakan bahwa dirinya dapat menerima gencatan senjata sementara di Jalur Gaza, namun menegaskan bahwa Israel tidak akan menghentikan perang sepenuhnya terhadap wilayah Palestina tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu saat mengunjungi sejumlah tentara Israel yang terluka. “Mengeliminasi Hamas dan membebaskan seluruh sandera kami adalah dua tujuan yang berjalan beriringan,” ujarnya.
Netanyahu menambahkan, “Hamas mungkin berkata, ‘kami akan membebaskan sepuluh lagi.’ Tidak akan ada situasi di mana kami menghentikan perang sepenuhnya.”
Seperti dilaporkan The Times of Israel, Netanyahu telah meyakinkan para mitra koalisinya bahwa selama Hamas tidak melucuti senjata, Israel hanya akan menerima gencatan senjata sementara dengan imbalan pembebasan sebagian sandera.
“Dalam beberapa hari ke depan, kami akan memasuki (Gaza) dengan kekuatan penuh untuk menyelesaikan operasi guna mengalahkan Hamas. Pasukan kami sudah berada di sana,” tambahnya.
Pada Senin, kantor Netanyahu menyampaikan bahwa ia telah menginstruksikan tim negosiasinya untuk bertolak ke Qatar guna membahas kemungkinan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok Hamas.
Delegasi tersebut dijadwalkan berada di Doha setidaknya hingga Kamis, bertepatan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke kawasan Teluk.
Sementara itu, Hamas pada Senin telah membebaskan salah satu sandera berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika, Edan Alexander. Hamas menyebut pembebasan itu sebagai hasil komunikasi dengan Washington dalam rangka upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Menurut estimasi pemerintah Israel, masih ada 58 warga Israel yang ditahan di Gaza, dengan 21 di antaranya diyakini masih hidup.
Di sisi lain, lebih dari 9.900 warga Palestina saat ini mendekam di penjara-penjara Israel, di mana mereka dilaporkan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis—kondisi yang disebut telah menyebabkan sejumlah kematian, sebagaimana dilaporkan oleh media Palestina dan Israel serta organisasi hak asasi manusia.
Militer Israel masih melanjutkan serangan masif ke Jalur Gaza sejak Oktober 2023. Lebih dari 52.900 warga Palestina telah tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait konflik yang terus berlangsung di wilayah tersebut.