Pakistan mendesak Amerika Serikat (AS) untuk segera campur tangan dalam mencegah potensi pecahnya perang nuklir dengan India.
Ketegangan antara kedua negara bertetangga yang sama-sama memiliki senjata nuklir itu kembali meningkat tajam setelah terjadinya serangan mematikan di wilayah Kashmir pekan lalu.
Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat, Rizwan Saeed Sheikh, dalam wawancara eksklusif dengan majalah Newsweek, meminta Presiden AS, Donald Trump agar memainkan peran lebih aktif dalam menengahi konflik yang menurutnya bisa menjadi titik nyala paling berbahaya di dunia saat ini.
“Jika kita memiliki seorang presiden yang benar-benar ingin dikenal sebagai pembawa damai, sebagai pemimpin yang mampu mengakhiri perang dan meredakan konflik global, maka tidak ada medan yang lebih mendesak dan berbahaya daripada Kashmir, terlebih jika menyangkut isu nuklir,” ujar Sheikh.
Ia menekankan bahwa kawasan tersebut tidak hanya melibatkan 2 negara bersenjata nuklir, yakni India dan Pakistan, tetapi juga China, yang memiliki klaim atas bagian timur wilayah Kashmir.
Konflik Kashmir yang telah berlangsung selama beberapa dekade kembali memanas setelah serangan bersenjata di kota Pahalgam menewaskan sedikitnya 26 orang, mayoritas wisatawan Hindu.
Serangan itu bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden AS JD Vance bersama keluarganya ke India dan pertemuan mereka dengan Perdana Menteri Narendra Modi.
India merespons insiden itu dengan menurunkan tingkat hubungan diplomatik dan militer dengan Pakistan, yang kemudian dibalas dengan langkah serupa oleh Islamabad.
Sejak itu, bentrokan dilaporkan kembali pecah di sepanjang Garis Kontrol (LoC), wilayah pemisah de facto antara India dan Pakistan di Kashmir.
Menteri Pertahanan dan Menteri Informasi Pakistan bahkan menyebut adanya indikasi bahwa India sedang merencanakan serangan militer dalam waktu dekat.
Dalam situasi yang terus memburuk dari jam ke jam, Dubes Sheikh mendesak pemerintahan Trump untuk mengambil langkah yang lebih sistematis dan berkelanjutan daripada pendekatan-pendekatan sporadis yang pernah dilakukan Washington di masa lalu.
“Ini bukan hanya soal menenangkan situasi sementara, tapi menciptakan jalan keluar yang permanen bagi sengketa Kashmir agar konflik ini tidak terus berulang,” kata Sheikh.
Ia juga meminta AS serta kekuatan global lainnya untuk mengaktifkan mekanisme penyelesaian konflik dan memainkan peran langsung dalam menyelesaikan persoalan yang telah menjadi sumber ketegangan regional selama puluhan tahun.
“Jika konflik Kashmir diselesaikan, saya yakin kawasan ini—yang dihuni seperlima umat manusia—dapat hidup damai,” ujarnya.
Sheikh menambahkan bahwa seluruh persoalan lain antara Pakistan dan India hanya bersifat sekunder dibandingkan isu Kashmir.
“Kami tidak ingin berperang, apalagi melawan negara yang lebih besar. Kami menginginkan perdamaian. Itu sejalan dengan agenda ekonomi kami, identitas nasional kami, dan seluruh tujuan strategis kami. Namun jika perang dipaksakan kepada kami, kami lebih memilih mati dengan bermartabat daripada hidup dalam kehinaan,” tegas Sheikh.
Sikap AS
Pemerintahan Trump sendiri telah menyatakan kecaman keras terhadap serangan di Pahalgam dan menegaskan dukungan penuh terhadap upaya India dalam memerangi terorisme.
Namun demikian, Presiden Trump mencoba mengambil posisi seimbang dalam melihat konflik yang lebih luas antara India dan Pakistan terkait Kashmir.
Berbicara kepada wartawan di Air Force One, Jumat lalu, Trump menyatakan bahwa keduamua telah berkonflik di Kashmir selama seribu tahun.
“Mungkin lebih. Ini konflik yang buruk, dan kemarin sangat buruk. Mereka akan menemukan solusi, saya yakin itu,” tambahnya.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengatakan bahwa pemerintah AS memantau situasi di kawasan tersebut secara menyeluruh dan intensif.
Ia mengungkapkan bahwa pejabat tinggi AS berada dalam kontak aktif dengan pemerintah India dan Pakistan. Menteri Luar Negeri Marco Rubio dijadwalkan berbicara dengan kedua pihak dalam pekan ini.
Desak investigasi internasional
Pemerintah Pakistan menyerukan penyelidikan internasional yang transparan atas serangan mematikan di Pahalgam, wilayah Kashmir yang diperebutkan.
Pakistan menolak tuduhan India yang menyebut Islamabad sebagai dalang serangan tersebut.
Di saat bersamaan, ketegangan bilateral semakin memburuk dengan langkah India menutup wilayah udaranya bagi maskapai penerbangan Pakistan.
Dalam pernyataan resmi, Kantor Perdana Menteri Pakistan menyampaikan bahwa Perdana Menteri Shehbaz Sharif, dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyebut tindakan India sebagai eskalasi yang mengkhawatirkan.
Ia menegaskan bahwa provokasi-provokasi tersebut bertujuan mengalihkan perhatian Pakistan dari upaya memberantas terorisme di dalam negeri.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Pakistan Muhammad Ishaq Dar menyerukan penyelidikan internasional atas insiden serangan yang menewaskan puluhan warga sipil pekan lalu di Kashmir.
Ia menolak klaim India yang menuding Pakistan bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyatakan bahwa tuduhan itu tidak didukung oleh bukti.
“India menuduh tanpa dasar untuk meraih keuntungan politik sesaat. Ini bukan kali pertama,” kata Dar dalam pernyataan kepada media.
Ia menegaskan bahwa Pakistan tidak terlibat dalam serangan tersebut dan bahkan telah menyampaikan belasungkawa kepada India atas jatuhnya korban jiwa.
Dar menuduh bahwa kepemimpinan India secara sistematis mencoba menyalahkan Pakistan guna melemahkan keamanan dan stabilitas di kawasan Asia Selatan.
“Sumber utama ketidakstabilan di kawasan ini adalah pendudukan India yang berkelanjutan di wilayah Kashmir,” tegasnya.
Lebih jauh, Dar mengklaim bahwa sejarah India sarat dengan praktik penindasan terhadap rakyat Kashmir melalui taktik yang disebutnya sebagai “terorisme negara”.
Ia menilai tindakan India sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dunia dari perjuangan sah rakyat Kashmir dalam menentukan nasib sendiri.
“Daripada menyalahkan pihak lain, India seharusnya fokus menyelesaikan persoalan domestiknya,” ujar Dar.
Ia juga menuding bahwa ketegangan saat ini digunakan untuk kepentingan politik dalam negeri India menjelang agenda politik besar di negara tersebut.
Dar menegaskan bahwa setiap agresi militer dari India akan dibalas dengan kekuatan dan tekad penuh.
Ia menambahkan bahwa sikap dan kesiapan kepemimpinan Pakistan terhadap isu integritas nasional sangat jelas dan tidak bisa ditawar.
India tutup wilayah udara
Dalam perkembangan terbaru, Pemerintah India mengumumkan penutupan wilayah udaranya bagi semua maskapai penerbangan Pakistan.
Hal itu sebagai langkah balasan atas keputusan Islamabad beberapa hari sebelumnya yang melarang maskapai India melintas di wilayah Pakistan.
Penutupan ini diumumkan melalui pemberitahuan resmi bagi pilot (NOTAM) yang dikeluarkan oleh otoritas penerbangan India.
Penutupan itu berlaku mulai 30 April hingga 23 Mei, dan diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap rute penerbangan regional.
Langkah saling balas ini semakin mencerminkan memburuknya hubungan antara dua kekuatan nuklir Asia Selatan tersebut, di tengah kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi yang lebih besar.
Sejumlah analis menilai bahwa penutupan wilayah udara adalah sinyal bahwa jalur diplomasi kian menyempit, sementara retorika militer kedua negara terus meninggi.