Pertemuan terbaru antara Israel dengan para mediator di Roma, Italia dilaporkan tidak menghasilkan terobosan perihal negosiasi gencatan senjata di Gaza. Demikian dilaporkan situs Aljazeera Arabic pada Senin, (29/7).
Ini disebabkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menambahkan syarat baru, yaitu meminta daftar nama tahanan yang masih hidup dan akan dibebaskan pada tahap pertama.
Pertemuan yang melibatkan Direktur CIA William Burns, Kepala Mossad David Barnea, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, serta Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel, diadakan pada Minggu (28/7) di Roma untuk membahas usulan Israel mengenai kesepakatan pertukaran tahanan.
Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan Kepala Mossad telah kembali dari pertemuan Roma. Dalam pertemuan tersebut, mereka mempresentasikan dokumen yang menjelaskan posisi Israel terkait usulan kesepakatan.
Kantor Netanyahu juga menambahkan bahwa negosiasi mengenai isu-isu utama dalam usulan kesepakatan akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang.
Menurut pejabat yang terlibat dalam kesepakatan tersebut, setelah menunjukkan fleksibilitas terkait kembalinya penduduk Gaza Utara, Israel mempertegas penolakannya selama pembicaraan di Roma. Para pejabat keamanan mendesak Netanyahu untuk menunjukkan fleksibilitas demi mencapai kesepakatan.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa negosiasi di Roma terhenti pada beberapa isu, termasuk berapa lama pasukan Israel akan tetap di Gaza selama gencatan senjata, apakah mereka akan meninggalkan Koridor Philadelphia, dan penempatan pos pemeriksaan untuk mencegah kembalinya kelompok bersenjata ke utara Gaza.
Para pejabat mengatakan bahwa negosiator Israel membahas kemungkinan keluarnya pasukan dari Koridor Philadelphia jika alat deteksi terowongan dipasang, serta pembangunan penghalang bawah tanah untuk mencegah pembuatan terowongan, namun belum ada kesepakatan yang dicapai.
Baca juga: Tentara cadangan Israel tolak bertugas kembali di Gaza
Baca juga: Bilal Muhammad jadi juara UFC pertama asal Palestina
Protes Keluarga Tawahan
Sementara itu, media Israel melaporkan ratusan warga Israel berdemonstrasi di depan Kementerian Pertahanan bertepatan dengan rapat kabinet untuk menuntut kesepakatan pertukaran tahanan.
Aktivis dari gerakan protes dan keluarga tahanan menyemprot pintu masuk gedung-gedung pemerintah di Yerusalem dengan cat kuning untuk menuntut kesepakatan pertukaran tahanan dan penetapan tanggal pemilu awal Israel.
Para aktivis juga memprotes liburan anggota Knesset setelah sesi musim panas berakhir tanpa adanya kesepakatan pertukaran.
Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah menggagalkan kesepakatan pertukaran, sementara lebih banyak tahanan meninggal di Gaza.
Qatar dan Mesir, dengan bantuan Amerika Serikat, menengahi pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan Israel untuk menghentikan perang di Gaza dan melakukan pertukaran tahanan berdasarkan rencana tiga tahap yang diajukan oleh Presiden Joe Biden pada akhir Mei lalu.
Selama sekitar 10 bulan, Israel -dengan dukungan Amerika Serikat- melancarkan apa yang disebut para ahli internasional sebagai perang pemusnahan terhadap warga Palestina di Gaza, yang telah menyebabkan sekitar 130 ribu korban jiwa dan luka-luka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 10 ribu lainnya hilang, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza.