Tuesday, April 22, 2025
HomeBeritaPolisi Israel cabut larangan gambar anak Gaza dalam demo usai disoroti media

Polisi Israel cabut larangan gambar anak Gaza dalam demo usai disoroti media

Kepolisian Israel sempat melarang penggunaan gambar anak-anak Palestina dari Gaza dalam aksi unjuk rasa antiperang yang dijadwalkan berlangsung Kamis mendatang.

Namun, larangan itu dicabut setelah mendapat sorotan dari media lokal.

Organisasi Standing Together, penyelenggara aksi, menerima surat dari kepolisian yang berisi sejumlah pembatasan.

Dalam surat tersebut, pihak berwenang melarang penggunaan gambar anak-anak dari Gaza, spanduk yang menyebut tawanan atau sandera, serta istilah seperti “genosida” dan “pembersihan etnis”.

Namun, menurut laporan Times of Israel, setelah publikasi isi surat tersebut oleh media Haaretz, polisi mengeluarkan instruksi baru yang tidak lagi memuat larangan tersebut.

Menanggapi larangan awal itu, Standing Together menuding polisi telah mempolitisasi aksi dan berusaha membungkam kritik publik terhadap perang dan kebijakan pemerintah.

“Sejak (Perdana Menteri) Benjamin Netanyahu memilih menggagalkan kesepakatan gencatan senjata demi mengembalikan (Menteri Keamanan Nasional) Itamar Ben Gvir ke koalisi, proses pembebasan sandera dari tangan Hamas terhenti, dan banyak anak Palestina tewas,” tulis pernyataan kelompok tersebut.

Pada awal perang di Gaza, Israel memberlakukan larangan terhadap segala bentuk protes antiperang. Upaya aktivis dan warga Palestina di Israel untuk menyuarakan penolakan terhadap perang kerap dihadapi dengan tindakan keras aparat.

Meskipun belakangan beberapa aksi diizinkan, atribut protes yang menyerukan penghentian genosida sering kali disita petugas.

Awal bulan ini, sebanyak 23 orang ditangkap dalam aksi kecil antiperang di Haifa.

Sejak dimulainya agresi militer di Gaza, lebih dari 51.000 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 15.000 anak-anak.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular