Puluhan ribu warga Italia memadati jalan-jalan di ibu kota Roma pada Sabtu (8/6/2025), dalam sebuah aksi protes besar-besaran menuntut dihentikannya serangan Israel ke Jalur Gaza. Aksi ini menjadi momentum bersatunya partai-partai oposisi Italia dalam menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Dengan mengusung tema “Hentikan Pembantaian di Gaza, Akhiri Keterlibatan”, demonstrasi ini diorganisasi oleh tiga partai oposisi utama, yakni Partai Demokrat (berhaluan tengah-kiri), Gerakan Lima Bintang (populis), serta Aliansi Hijau dan Kiri.
Para peserta aksi terlihat membawa bendera Palestina dan spanduk-spanduk kecaman terhadap tindakan militer Israel. Massa bergerak dari Lapangan Vittorio Emanuele menuju Lapangan San Giovanni, tempat aksi puncak digelar dalam bentuk rapat umum.
Annapaola, salah satu peserta aksi, menyebut sikap pemerintah Italia terhadap konflik di Gaza sebagai sesuatu yang “memalukan”.
“Jika kita tidak berbicara dengan tegas, maka demokrasi Barat akan mati bersama Gaza,” ujarnya.
Sementara itu, Angelo, seorang demonstran lainnya, mengatakan bahwa ia telah menghadiri setiap unjuk rasa yang berkaitan dengan isu Palestina. “Apa yang terjadi sungguh mengerikan. Dan yang paling menyedihkan adalah tidak ada yang membicarakannya. Semua diam.”
Kritik keras oposisi
Dalam rapat umum di akhir aksi, para pemimpin partai oposisi menyampaikan pidato-pidato yang menyoroti kekerasan Israel di Gaza dan menyebutnya sebagai bentuk “pembersihan etnis”.
“Kita sudah cukup dengan pendudukan ilegal. Cukup dengan sekolah-sekolah yang dibom,” kata Elly Schlein, pemimpin Partai Demokrat. “Lebih dari 50.000 orang telah tewas, termasuk lebih dari 15.000 anak-anak. Ini bukan sekadar angka—ini adalah nyawa yang hancur dan keluarga yang musnah.”
Schlein juga mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dinilainya menggunakan kelaparan sebagai senjata, dengan menutup akses makanan, air, dan bantuan medis ke Gaza selama berbulan-bulan. Ia merujuk pada laporan PBB yang menyebut kondisi tersebut sebagai bentuk “pembersihan etnis.”
Giuseppe Conte, pemimpin Gerakan Lima Bintang, menyebut situasi yang terjadi di Gaza sebagai “genosida”.
“Apa kita sebut semua ini kalau bukan genosida?” ujarnya.
Conte juga mengkritik pemerintah sayap kanan pimpinan Giorgia Meloni yang menurutnya baru belakangan menunjukkan keprihatinan terhadap jumlah korban sipil.
“‘Enam puluh ribu korban jiwa itu terlalu banyak,’ kata mereka sekarang,” ujar Conte. “Apakah tiga puluh ribu atau empat puluh ribu sebelumnya bisa diterima? Haruskah kita menunggu sampai enam belas ribu anak terbunuh? Masyarakat yang hadir di lapangan ini mengatakan: ‘Kami bukan kaki tangan.’”
Ia juga menyerukan agar pemerintah Italia menangguhkan kerja sama militer dengan Israel, seperti yang pernah dilakukan pemerintahannya terhadap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sementara itu, Angelo Bonelli, pemimpin Aliansi Hijau dan Kiri, mendesak penghentian kekerasan Israel tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat. “Pembantaian di Gaza dan pendudukan Tepi Barat harus dihentikan.”
Panitia penyelenggara menyatakan bahwa lebih dari 300.000 orang mengikuti aksi protes di Roma. Selain di ibu kota, aksi solidaritas juga berlangsung di sejumlah kota lain di Italia, termasuk pawai pro-Palestina di Milan.
Israel hingga kini masih menolak berbagai seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata. Sejak Oktober 2023, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Lembaga-lembaga kemanusiaan telah berulang kali memperingatkan potensi bencana kelaparan di wilayah yang dihuni lebih dari dua juta jiwa tersebut.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait dugaan pelanggaran berat terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza.