Satu warga Palestina tewas dan tujuh lainnya terluka, termasuk seorang anak, dalam serangkaian serangan dan penggerebekan yang dilakukan tentara Israel di sejumlah kota di Tepi Barat, Kamis (1/5/2025) malam waktu setempat.
Dalam waktu hampir bersamaan, lima warga Palestina lainnya, termasuk 2 perempuan penyandang disabilitas, juga mengalami luka akibat kekerasan yang dilakukan kelompok pemukim Israel di berbagai wilayah Tepi Barat.
Menurut aktivis anti-permukiman, Sami Makhameira, tiga warga Palestina mengalami luka dan memar akibat serangan pemukim di dekat Desa Susiya, kawasan Masafer Yatta, Hebron Selatan.
“Kelompok pemukim bersenjata menyerang para penggembala di daerah Umm Nir, memukuli mereka, dan berusaha mencuri sebagian ternak mereka,” ujar Makhameira.
Meski tentara Israel tiba di lokasi, bukan pelaku yang ditangkap, melainkan dua warga Palestina. Keduanya kemudian dibebaskan setelah sempat ditahan.
Di wilayah utara Hebron, dua perempuan penyandang disabilitas diserang oleh pemukim di pintu masuk selatan Kota Sa’ir.
Kantor Berita Palestina, WAFA, melaporkan bahwa keduanya—Dina dan Dunia Yusuf Jaradat, bersaudara berusia sekitar 30 tahun—disiram cairan yang belum diketahui jenisnya.
Akibatnya, wajah dan mata mereka mengalami iritasi parah. Keduanya dilarikan ke pusat medis setempat untuk mendapatkan perawatan.
Kekerasan juga terjadi di wilayah padang rumput Birya Tekoa, timur Betlehem. Pemukim kembali menyerang penggembala Palestina dan mengusir mereka dari lahan yang selama ini menjadi sumber penghidupan.
Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, kawasan tersebut makin sering dikuasai pemukim. Termasuk dengan mendirikan rumah-rumah portabel serta melarang akses warga Palestina ke sana.
Sementara itu, di kawasan Arab Al-Malihyat, barat laut Jericho, pemukim berkuda menyerang warga dan aktivis internasional.
Menurut organisasi Al-Baydar yang bergerak membela hak masyarakat Badui, para penyerang menggunakan semprotan merica dalam aksinya.
Video yang dirilis organisasi itu memperlihatkan sejumlah pemukim bersenjata dan bercadar menyerang perkampungan, termasuk relawan internasional yang tengah bersolidaritas dengan warga Palestina.
Di sisi lain, pemukim juga disebut telah mengeringkan saluran air yang selama ini menjadi sumber kehidupan utama di kawasan Naba’ Al-Auja, timur Jericho.
“Mereka mengambil alih mata air dan mengalirkan airnya ke permukiman ilegal sebagai upaya memaksa warga Badui mengungsi,” ujar Hasan Malihaat dari Al-Baydar.
Ia mengatakan bahwa sekitar seribu warga, termasuk ternaknya, kini kesulitan mendapatkan air bersih.
Di bagian utara Lembah Yordan, serangan pemukim juga menargetkan infrastruktur pertanian.
Mereka dilaporkan merusak panel surya dan pompa air di kawasan Khirbet Al-Deir dalam serangkaian upaya sistematis untuk menghapus keberadaan warga Palestina di wilayah itu.
Di tengah rangkaian kekerasan dan pengusiran ini, otoritas pendudukan Israel juga mengumumkan rencana penghancuran terhadap 106 rumah milik warga Palestina di Tepi Barat.
Hal itu semakin memperparah situasi kemanusiaan di wilayah yang terus dibayangi konflik dan ketegangan berkepanjangan.
Satu tewas dan beberapa terluka
Seorang pemuda Palestina tewas dan puluhan lainnya mengalami luka akibat rangkaian penggerebekan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel di berbagai wilayah Tepi Barat, Kamis (1/5/2025).
Dalam waktu yang sama, militer Israel mengumumkan rencana penghancuran 106 bangunan milik warga Palestina di dua kamp pengungsi di wilayah utara Tepi Barat.
Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa Ala Khudair (29), warga Kota Beita, selatan Nablus, gugur setelah ditembak oleh pasukan Israel yang menyerbu kota tersebut.
Menurut keterangan medis dari Rumah Sakit Rafidya di Nablus, Khudair mengalami luka tembak parah di bagian dada dan tidak tertolong.
Serbuan ke Kota Beita berlangsung di tengah tembakan intensif yang memicu bentrokan antara warga dan pasukan Israel.
Sementara itu, Palang Merah Palestina melaporkan bahwa tim medis mereka mengevakuasi seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang mengalami luka tembak di punggung setelah pasukan Israel menyerbu Kota Salem, timur Nablus.
Di kota lain, Bani Na’im, tim penyelamat juga menangani enam kasus sesak napas akibat gas air mata yang ditembakkan tentara Israel saat mereka menutup sejumlah jalan dan menyebar ke berbagai lingkungan.
106 rumah terancam dihancurkan
Bersamaan dengan kekerasan itu, militer Israel mengumumkan rencana untuk menghancurkan 106 bangunan milik warga Palestina di Kamp Pengungsi Tulkarm dan Nur Shams, wilayah utara Tepi Barat.
Pengumuman tersebut disertai dengan peta lokasi rumah-rumah yang ditandai dengan warna merah dan telah diserahkan kepada otoritas penghubung Palestina.
Dalam dokumen berbahasa Arab yang ditandatangani Komandan Militer Israel di Tepi Barat, Avi Blut, disebutkan bahwa penghancuran dilakukan berdasarkan kewenangan militer dan demi kebutuhan militer murni.
Dalam surat tersebut juga dinyatakan bahwa pembongkaran akan dimulai dalam waktu 24 jam sejak tanggal surat, yaitu 1 Mei 2025.
Menanggapi rencana tersebut, Gubernur Tulkarm, Abdullah Kamil, menyerukan intervensi internasional segera untuk menghentikan keputusan penghancuran massal ini.
Menurut data Otoritas Perlawanan terhadap Tembok dan Permukiman, kelompok pemukim Israel telah melakukan 860 serangan terhadap warga dan properti Palestina hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Kekerasan ini terjadi bersamaan dengan perang yang terus berlangsung di Gaza.
Sejak pecahnya agresi di Gaza pada 7 Oktober 2023, didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS), militer dan pemukim Israel meningkatkan tekanan di Tepi Barat.
Lebih dari 959 warga Palestina tewas, sekitar 7.000 lainnya luka-luka, dan tidak kurang dari 16.400 penangkapan dilakukan di berbagai wilayah.
Di Gaza sendiri, serangan militer Israel yang terus berlangsung telah menewaskan dan melukai lebih dari 170.000 warga Palestina, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 11.000 orang masih dinyatakan hilang di tengah kehancuran total wilayah tersebut.