ancam

Tindakan Israel Ancam Ambil Alih Kewenangan Dinas Wakaf di al-Aqsha

GAZA MEDIA, AL-QUDS – Komite Islam dan Kristen untuk Membala al-Quds dan Tempat-tempat Suci pada hari Senin (10/1/2022), mengatakan, “Tindakan polisi pendudukan Israel yang menghalangi pekerjaan Departemen Wakaf telah mencapai tingkat yang tidak dapat diterima. Secara bahaya dan serius mengancam kewenangan dinas wakaf di al-Aqsha. Karena dinas wakaf merupakan badan yang memiliki tanggung jawab khusus dalam mengelola, membangun dan memelihara al-Aqsha.”

Dalam sebuah pernyataan yang diterima oleh Pusat Informasi Palestina, komite tersebut mengkonfirmasi bahwa dinas wakaf memperoleh legitimasi hukum, politik dan agama dari perwalian kerajaan al-Hasyimi (Yordania) atas situs-situs suci Islam dan Kristen di sana, seperti dikutip dari Palinfo, Selasa (1/1).

Dia menambahkan bahwa “tindakan penjajah Israel yang menghalangi proses restorasi di dalam masjid, dan serangan terus-menerus terhadap para pekerja di Komite Rekonstruksi, di samping eskalasi serangan harian, dan pemberian izin kepada para pemukim pendatang Yahudi untuk mempraktekkan segala bentuk pelanggaran terhadap kesucian. masjid, merupakan indikasi yang jelas dan berbahaya dari tujuan pendudukan Israel yang direncanakan, untuk mengubah situasi sejarah, hukum dan agama pada masjid, hingga mengarah kepada pembagian masjid secara waktu dan tempat.”

Komite memperingatkan otoritas pendudukan tentang konsekuensi dari tindakannya yang terus melanjutkan praktik-praktik ini, dan provokasi yang mereka timbulkan terhadap perasaan umat Islam, dan tentang risiko dan dampak yang akan ditanggung oleh pendudukan Israel. Komite menegaskan bahwa sikap diam terhadap praktik-praktik ini tidak akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.

Komite meminta dunia Arab dan Islam untuk menangani secara serius bahaya yang dihadapi Masjid al-Aqsha. Serta bergerak di semua tingkatan untuk menyelamatkan dan melindunginya dari bahaya yang dihadapinya.[]

Khawatir Ancaman Negara Tetangga, Korea Utara Uji Coba Rudal Balistik Baru

GAZA MEDIA, KORUT – Korea Utara meluncurkan rudal balistik baru dalam uji coba rudal kedua dalam waktu kurang dari seminggu. Militer Korea Selatan dan Penjaga Pantai Jepang mengkonfirmasi hal tersebut, Selasa (11/1).

Kantor berita Jepang, Kyodo, melaporkan proyektil itu yang dilakukan Korut mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan, Korea Utara terus menembakkan rudal yang sangat rentan mengancam kedaulatan negara Jepang. Sebagaimana peringatan dari PBB minggu lalu, peluncuran rudal supersonik Korea Utara adalah ancaman yang nyata.

Peluncuran rudal itu sejalan dengan janji pemimpin Korea Utara pada awal tahun baru untuk mendukung militer menghadapi situasi internasional yang tidak stabil, di tengah pembicaraan yang terhenti dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Sementara itu, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menegaskan mempertahankan keadaan sambil memantau dengan cermat hal-hal yang relevan dalam kerangka kerja sama yang erat antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam perlu dilakukan untuk mengantisipasi peluncuran yang lebih masif kedepannya.[]

Takut, Israel Menganggap Serius Ancaman Hamas

GAZA MEDIA, AL-QUDS – Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, pada Rabu (8/12) malam melaporkan, lembaga institusi keamanan di “Israel” telah merespon dan menganggap ancaman gerakan Hamas baru-baru ini dengan serius.

Menurut surat kabar Israel tersebut, tentara pendudukan Israel dan institusi keamanannya merespon ancaman Hamas tersebut karena situasi di Gaza dengan serius, dan menganggap bahwa kata-kata ancaman tersebut tidak main-mian, seperti dikutip dari Palinfo.

Sebelumnya, saluran televisi “Al-Jazeera” Qatar melaporkan, melalui seorang pemimpin gerakan Hamas, bahwa gerakan Hamas terganggu dengan perlambatan Mesir dan kegagalannya untuk memaksa pendudukan “Israel” komitmen dengan sepahaman terakhir, terutama dalam masalah blokade dan rekonstruksi Jalur Gaza. Dia menegaskan bahwa gerakan Hamas tidak akan tinggal diam lama-lama menghadapi masalah ini.

Sebelumnya gerakan Hamas telah melayangkan peringatan eskalasi, akibat keengganan pihak pendudukan Israel untuk mengakhiri blokade Jalur Gaza dan menyelesaikan krisis rekonstruksi. Maka skenario ledakan akan kembali menjadi opsi apabila pendudukan Israel dan pihak sponsor tidak komitmen dengan isi kesepahaman sebelumnya.

Batas enam bulan setelah pertempuran Saif al-Quds, bersamaan dengan berakhirnya tahun 2021, adalah batas waktu yang diberikan oleh pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, sebagai batas akhir untuk mengakhiri krisis di Jalur Gaza dan menghentikan blokade. Jika tidak, maka genderang eskalasi akan dibunyikan.

Dengan jelas dan tegas, gerakan Hamas mengumumkan bahwa gerakannya sedang mempelajari pilihan untuk melakukan eskalasi dengan pendudukan Israel guna melawan blokade Jalur Gaza dan perlambatan dalam rekonstruksi di sana.[]