Etika di Jalanan
DALAM kehidupan seorang muslim, etika adalah hal utama yang mesti diperhatikan. Artikel singkat ini akan membahas tentang etika seorang muslim saat ia di jalanan. Apa saja etika yang harus dilakukan itu? Berikut uraiannya.
Pertama, berjalan dengan sikap wajar dan tawadhu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.“ (Qs. Luqman: 18).
Dilarang seorang muslim berjalan sambil memalingkan wajahnya saat ada yang menegur. Ia memalingkan wajahnya bukan karena sebab lain, tapi karena rasa sombong di hatinya. Berjalanlah secara waja, dan tidak sombong.
Kedua, memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah SWT berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada orang laki-laki beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya….” (Qs. An-Nur: 30-31).
Orang-orang shaleh terdahulu jika mereka berjalan, mereka terbiasa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram dilihat. Hati akan tumpul bila terlampau banyak melihat hal-hal yang haram dilihatnya. Oleh karena itu, muslim yang bijak, akan menjaga pandagannya saat berjalan.
Ketiga, tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung. Muslim yang baik adalah yang bisa membuat orang merasa terjaga dari gangguan tangan, lisan dan kakinya.
Keempat, menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah ra diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketika ada seseorang sedang berjalan di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosanya…” Di dalam suatu riwayat disebutkan, maka Allah memasukkannya ke surge.“ (Muttafaq’alaih).
Kelima, menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada lima perkara wajib bagi seorang muslim terhadap saudaranya- di antaranya: menjawab salam.“ (Muttafaq alaih).
Menjawab salam hari ini seperti sesuatu yang asing. Padahal menjawab salam adalah sunnah yang dengannya akan menumbuhkan rasa kasih sayang antara sesama muslim.
Keenam, beramar makruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-masing sesuai kemampuannya. Salah satu bagian etika dalam berjalan adalah beramar makruf nahi munkar. Bagaimana caranya, jika di jalan melihat ada perbuatan yang salah, maka segeralah berhenti untuk meluruskannya.
Ketujuh, menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta membela orang yang teraniaya.
Di dalam hadits disebutkan, “Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah…dan disebutkan diantaranya: berbuat adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah dan menunjukkan jalan adalah sedekah….” (Muttafaq alaih).
Kedelapan, perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah melihat campur baurnya laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada wanita, “Meminggirlah kalian, kalian tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri pinggir jalan.” (HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
Ini adalah catatan penting bagi kaum hawa. Janganlah mereka sekali-kali berjalan di tengah-tengah sementara jalan-jalan dipinggir mereka kosongkan. Selain akan mengganggu pejalan yang lain, juga secara etika Islam maka jalannya wanita di tengah-tengah adalah sebuah keburukan yang juga dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kesembilan, tidak ngebut bila mengendarai mobil khususnya di jalan-jalan yang ramai dengan pejalan kaki, melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk lewat. Semua itu tergolong di dalam tolong-menolong di dalam kebajikan.
Demikian beberapa etika seorang muslim dalam melakukan perjalanan. Semoga bermanfaat, wallahua’lam.[]