AS mengumumkan pada Senin (23/9), akan mengirim tambahan pasukan “dalam jumlah kecil” ke Timur Tengah. Hal itu dilakukan menyusul peningkatan serangan udara Israel di seluruh Lebanon yang memicu serangan balasan dari Hizbullah.
AS memiliki sekitar 40.000 tentara yang ditempatkan di Timur Tengah. Namun juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Patrick Ryder, tidak merinci berapa banyak pasukan baru yang akan dikirim.
“Mengingat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan sebagai tindakan pencegahan, kami mengirim sejumlah kecil personel militer AS tambahan untuk memperkuat pasukan yang sudah ada di kawasan tersebut,” kata Ryder kepada wartawan, dikutip kantor berita Anadolu.
Sepanjang hari Senin, jet tempur Israel menggempur wilayah Lebanon. Serangan meluas dari selatan hingga ke utara, yang menurut Israel ditujukan untuk menghantam target-target Hizbullah.
Hingga berita ini ditulis, setidaknya 500 warga Lebanon tewas, dan lebih dari 1000 luka-luka akibat serangan udara Israel. Ribuan orang terpaksa mengungsi.
“Agresi Israel adalah rencana yang bertujuan untuk menghancurkan desa-desa dan kota-kota di Lebanon,” kata Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan tentaranya mungkin menargetkan sejumlah desa di Lebanon yang terletak hingga 80 kilometer dari perbatasan.
Sementara itu, Hizbullah menyatakan pasukannya menembakkan puluhan roket ke perusahaan Rafael Electronics di utara Haifa, serta ke markas cadangan Korps Utara dan pangkalan logistik Divisi Galilea di kamp Ami’ad.
Ini merupakan kali kedua Hizbullah menargetkan situs-situs militer di Haifa, setelah sebelumnya meluncurkan roket ke kota itu pada hari Ahad (22/9).
Ketegangan antara Hizbullah dan Israel meningkat setelah serangan udara mematikan pada hari Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta melukai puluhan lainnya di pinggiran Beirut.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa setidaknya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan utama Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan udara Israel tersebut.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh Hamas.