Thursday, December 5, 2024
HomeBeritaFatah dan Hamas kaji proposal Mesir soal pembukaan jalur Rafah

Fatah dan Hamas kaji proposal Mesir soal pembukaan jalur Rafah

Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Fatah) pada Minggu mengatakan bahwa mereka sedang melakukan pembicaraan di Kairo dengan kelompok perlawanan Hamas mengenai proposal-proposal Mesir terkait pembukaan kembali jalur perbatasan Rafah.

“Fatah berkomitmen untuk segera mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza, mempercepat pengiriman bantuan, dan memulai rekonstruksi,” kata pejabat Fatah, Abdullah Abdullah, kepada Anadolu.

“Delegasi Fatah hadir di Kairo untuk membahas proposal-proposal Mesir dengan delegasi Hamas mengenai pembukaan kembali jalur perbatasan Rafah dan pengelolaannya oleh Otoritas Palestina di sisi Palestina,” ujarnya.

Sejak pasukan Israel menguasai sisi Palestina dari jalur Rafah pada Mei lalu, Mesir telah menutup sisi perbatasannya dan menegaskan bahwa pembukaan perbatasan hanya bisa dilakukan jika pendudukan tersebut berakhir.

Abdullah tidak mengungkapkan rincian proposal Mesir tersebut.

Pada Sabtu, delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil al-Hayya tiba di Kairo untuk bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Mesir, Mayor Jenderal Hassan Mahmoud Rashad, menurut laporan harian Israel, Yedioth Ahronoth.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Mesir berusaha memperkuat rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah sambil mendorong kesepakatan pertukaran sandera.

Menurut laporan tersebut, Hamas bersedia menerima kesepakatan bertahap yang mirip dengan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon pada 27 November.

Hal ini akan melibatkan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, bukan penarikan langsung yang sebelumnya diminta oleh Hamas.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan tukar tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang.

Israel melancarkan perang besar di Gaza setelah serangan Hamas pada Oktober lalu, yang menewaskan lebih dari 44.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 105.000 orang terluka. Tahun kedua perang ini semakin menuai kecaman internasional.

Pada 21 November, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikannya di Gaza.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular