Hamas menyatakan kesediaannya untuk memulai pembicaraan mengenai rincian fase kedua dari perjanjian gencatan senjata di Gaza. Hal ini disampaikan oleh dua pejabat dari gerakan tersebut kepada Agence France-Presse (AFP) pada Senin.
Seorang pejabat yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, “Hamas telah memberitahukan kepada para mediator, dalam komunikasi dan pertemuan yang berlangsung dengan mediator Mesir minggu lalu di Kairo, bahwa kami siap untuk memulai negosiasi untuk fase kedua.”
Sumber lain menambahkan bahwa kelompok ini “menunggu para mediator untuk memulai putaran pembicaraan berikutnya,” dengan menekankan bahwa delegasi Hamas sudah siap dan berkomitmen untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dari perjanjian tersebut.
“Kami meminta mediator untuk memastikan bahwa pihak pendudukan mematuhi perjanjian ini dan tidak menunda-nunda,” tambah sumber-sumber tersebut.
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu dimediasi antara pendudukan Israel dan Hamas.
Pada fase pertama yang berlangsung selama enam minggu, 33 tahanan Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai imbalan untuk 737 tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Selama periode ini, negosiasi untuk fase kedua direncanakan berlangsung, dengan tujuan mencapai “akhir yang final dari perang,” menurut Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Fase kedua diperkirakan akan memfasilitasi pembebasan tahanan Israel yang masih tersisa, sementara tahap ketiga dan terakhir akan fokus pada rekonstruksi Gaza dan pengembalian jenazah tahanan Israel yang meninggal dalam penahanan.
Ahmed Abdel Hadi, perwakilan Hamas di Lebanon, sebelumnya menyatakan bahwa negosiasi yang akan datang “akan sulit, tetapi situasinya menguntungkan bagi kami.”
Dia menegaskan bahwa para pejabat dan tentara yang ditahan oleh perlawanan tetap menjadi “alat tawar yang kuat.”
Berbicara kepada Al Mayadeen pada Sabtu malam, Abdel Hadi menegaskan bahwa hasil dari fase ini “akan lebih menguntungkan bagi perlawanan,” mengingat kondisi yang membaik yang semakin memperkuat posisi Hamas.
Namun, ia juga mengakui bahwa Israel kemungkinan akan mengajukan tuntutan baru dan memperkenalkan syarat-syarat tambahan seiring berjalannya pembicaraan.