JAKARTA
“Daripada membuka hubungan diplomatik dengan Israel, lebih baik Indonesia berperan dalam rekonsiliasi faksi-faksi Palestina seperti Hamas dan Fatah,” demikian dikatakan Muslim Imran, Direktur Asia Middle East Centre dalam konferensi internasional Supporting Free Palestine, Preventing Genocide di Universitas Muhammadiyah Jakarta, (3/7).
Muslim menjelaskan, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel tidak akan menguntungkan Indonesia dalam menghentikan penjajahan di Palestina. Katanya, satu-satunya negara yang bisa mempengaruhi Israel hanya Amerika.
“Amerika pun tidak bisa berbuat banyak. Rusia juga tidak mampu,” kata Muslim, pendiri lembaga think-tank yang berbasis di Malaysia ini.
Muslim menyarankan, lebih baik Indonesia fokus pada rekonsiliasi faksi-faksi Palestina. Semisal antara Hamas dan Fatah.
Katanya, Indonesia telah melakukan hal itu pada kasus Afghanistan dengan mengundang berbagai pihak termasuk Taliban, untuk datang ke Indonesia.
“Kenapa tidak lakukan hal yang sama dengan juga mengundang Hamas ke Indonesia,” kata Muslim.
Dia melanjutkan, bertemu dengan pihak Fatah saja (Otoritas Palestina) tidak cukup. Karena yang berkuasa secara de facto di Gaza adalah Hamas.
“Undang Hamas ke Jakarta, atau perwakilan Indonesia datang ke Doha (Qatar). Kenapa tidak ambil kesempatan ini,” ujarnya.
Pada Rabu, (3/7) lembaga Asia Middle East Centre for Research and Dialogue bersama Universitas Muhammadiyah Jakarta mengadakan konferensi internasional “Supporting Free Palestine, Preventing Genocide”.
Sejumlah pembicara yang hadir dalam acara itu adalah anggota DPR RI Fadli Zon, direktur urusan Timur Tengah Kemlu RI Witjaksono Adji, dosen FISIP UMJ Asep Setiawan.