Salah satu aspek yang paling mengejutkan dari operasi militer Israel terhadap Hamas di Gaza adalah kerusakan besar yang terjadi pada sektor kesehatan wilayah tersebut.
Dalam 13 bulan terakhir, militer Israel telah mengepung dan merazia setidaknya 10 rumah sakit, dengan alasan serangan ini merupakan kebutuhan militer karena fasilitas tersebut diduga digunakan oleh Hamas sebagai basis komando dan kontrol.
Namun, investigasi yang dilakukan oleh kantor beritas The Associated Press (AP) yang berbasis di AS, mengungkapkan bahwa Israel hampir tidak menunjukkan bukti yang cukup mengenai keberadaan Hamas di rumah sakit-rumah sakit yang diserang.
Dalam investigasi yang diterbitkan pada Kamis (7/11) itu, AP melakukan penyelidikan terhadap tiga rumah sakit di Gaza Utara — Rumah Sakit al-Awda, Rumah Sakit Indonesia, dan Rumah Sakit Kamal Adwan — dengan mewawancarai lebih dari tiga puluh pasien, saksi, serta pekerja medis dan kemanusiaan, termasuk pejabat Israel.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini tidak ada rumah sakit yang berfungsi penuh di Gaza — hanya 16 dari 39 rumah sakit yang masih beroperasi sebagian, dengan sebagian besar hanya mampu memberikan pertolongan pertama.
Serangan Israel terhadap fasilitas medis di sekitar rumah sakit telah menewaskan 765 warga Palestina dan melukai 990 lainnya. Jumlah ini tidak termasuk pasien yang meninggal karena kekurangan perawatan atau oksigen selama pengepungan yang dilakukan oleh Israel.
Berikut adalah beberapa temuan yang dilaporkan oleh AP terkait rumah sakit-rumah sakit yang diserang:
Rumah Sakit al-Awda
AP menulis Israel tidak pernah menunjukkan bukti adanya keberadaan Hamas di Rumah Sakit al-Awda. Ketika diminta untuk menjelaskan intelijen yang mendasari pengepungan dan perraidan rumah sakit ini, juru bicara militer Israel tidak memberikan jawaban.
Selama pertempuran di sekitar rumah sakit, sebuah tembakan artileri menghantam ruang operasinya pada 21 November 2023, yang menyebabkan tiga dokter dan satu kerabat pasien tewas.
Setelah pasukan Israel mengepung fasilitas ini, staf rumah sakit melaporkan bahwa mendekati rumah sakit bisa berakibat fatal akibat tembakan sniper Israel. Dua wanita hamil yang berjalan menuju rumah sakit untuk melahirkan pada 12 Desember ditembak dan tewas di jalan.
Bahkan setelah mereka berusaha mengibarkan bendera putih, salah satu kerabatnya juga ditembak mati. Direktur rumah sakit saat itu, Ahmed Muhanna, ditangkap oleh pasukan Israel selama penggerebekan, dan keberadaannya hingga kini tidak diketahui.
Rumah Sakit Indonesia
Rumah Sakit Indonesia adalah rumah sakit terbesar di Gaza Utara. Sebelum merazia rumah sakit ini, Israel mengklaim bahwa di bawah tanah rumah sakit terdapat pusat komando dan kontrol Hamas.
Namun, setelah penggerebekan dilakukan, Israel tidak menunjukkan bukti apapun mengenai keberadaan fasilitas bawah tanah tersebut. Selama serangan pada bulan November dan Desember, pasukan Israel menghancurkan sebagian besar lantai atas rumah sakit, meninggalkan dindingnya penuh dengan bekas peluru dan puing-puing.
Selain itu, pada 20 November, tembakan artileri menghantam lantai dua rumah sakit tersebut, menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya. Selama pengepungan, para dokter memperkirakan sepertiga pasien yang datang ke rumah sakit meninggal karena kurangnya perawatan. Sedikitnya 60 jenazah ditemukan tergeletak di halaman rumah sakit.
Rumah Sakit Kamal Adwan
Selanjutnya AP menulis selama pengepungan pada bulan November, Rumah Sakit Kamal Adwan dilaporkan mengalami kekurangan air, oksigen, dan obat-obatan, yang menyebabkan setidaknya 10 pasien meninggal dunia.
Setelah pasukan Israel merazia rumah sakit pada 12 Desember, beberapa saksi melaporkan bahwa anjing-anjing polisi dilepaskan untuk menyerang staf dan pasien.
“Para saksi juga mengungkapkan bahwa pasukan Israel memaksa para pria dan remaja untuk berbaris di luar rumah sakit dalam keadaan membungkuk, dibutakan, dan hampir telanjang selama berjam-jam untuk diinterogasi,” tulis AP.
Selain itu, bulldozer militer Israel juga dilaporkan menghancurkan bangunan di kompleks rumah sakit, menimpa tenda-tenda yang digunakan oleh warga yang mengungsi.
“Sebagian besar pengungsi telah dievakuasi, tetapi setidaknya empat orang ditemukan tewas terhimpit puing-puing,” terang AP.