Iran dijadwalkan akan menggelar perundingan nuklir dengan tiga negara Eropa—Prancis, Jerman, dan Inggris—pada Jumat (25/7/2025) di Istanbul, Turki.
Pertemuan ini berlangsung di tengah tekanan dari ketiga negara tersebut agar Iran kembali ke meja perundingan, atau menghadapi pengenaan kembali sanksi internasional.
Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan bahwa pertemuan akan dilaksanakan di tingkat wakil menteri luar negeri. Ketiga negara Eropa tersebut, yang tergabung dalam kelompok E3, merupakan pihak-pihak tersisa dalam perjanjian nuklir tahun 2015 bersama Rusia dan China, setelah Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018.
Pertemuan ini berlangsung sebulan setelah fasilitas nuklir Iran diserang oleh Israel dan Amerika Serikat. Serangan tersebut menewaskan sejumlah pejabat militer senior Iran, ilmuwan nuklir, serta ratusan warga sipil, dan memicu eskalasi konflik yang meresahkan kawasan.
Sebelumnya, para menteri luar negeri E3 dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi. E3 telah menyampaikan peringatan bahwa sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa akan diberlakukan kembali pada akhir Agustus jika tidak ada kemajuan nyata dalam perundingan nuklir.
Washington mengklaim telah “menghancurkan” tiga fasilitas nuklir utama Iran dalam serangan bulan lalu. Gencatan senjata diberlakukan sejak 24 Juni.
Iran menuduh Amerika Serikat turut terlibat dalam serangan Israel, dan menyatakan bahwa tekanan serta ancaman, termasuk ancaman “snap-back sanctions” oleh Eropa, tidak memiliki dasar hukum maupun moral.
Sebelum konflik dengan Israel pecah, Iran dan AS telah melakukan lima putaran perundingan nuklir secara tidak langsung melalui mediasi Oman. Namun, perundingan menemui jalan buntu, terutama soal tingkat pengayaan uranium yang dilakukan oleh Iran.
Teheran bersikukuh bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan mendadak dengan Ali Larijani, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran dalam isu nuklir, di Kremlin. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Putin menyampaikan posisi Rusia yang mendukung penyelesaian politik atas program nuklir Iran serta stabilisasi kawasan.
Meski menjadi sekutu dekat Iran, Rusia belum menunjukkan dukungan kuat terhadap Teheran dalam menyikapi serangan udara gabungan AS-Israel tersebut.