Wednesday, December 11, 2024
HomeHeadlineLAPORAN KHUSUS: Menghitung efek boikot Israel ke bisnis Starbucks, McD, KFC, dan...

LAPORAN KHUSUS: Menghitung efek boikot Israel ke bisnis Starbucks, McD, KFC, dan Pizza Hut

manajemen perusahaan-perusahaan global yang menjadi sasaran boikot itu mengakui adanya dampak bagi brand mereka

Oleh: Saleh Heringguhir

Nama Starbucks, McDonald’s, KFC, dan Pizza Hut kerap diasosiasikan dengan seruan boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Jika kita memasukkan empat brand makanan dan minuman ini ke situs bdnaash.com yang menjadi salah satu rujukan memeriksa produk yang mendukung penjajahan Israel atas Palestina, tertulis: “This brand supports the Israeli occupation.

Aksi boikot ini adalah gerakan terorganisir global yang dilakukan warga dunia, terutama kaum Muslim, demi menekan penjajah Israel di ranah ekonomi-politik agar mereka segera menghentikan pendudukan di Palestina.

Seruan global ini pertama kali digaungkan Liga Arab tahun 1945–sebelum pendirian negara Israel tahun 1948. Namun Juli 2005, aksi boikot ini mulai dikenal sebagai gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang diserukan oleh 170 kelompok akar rumput pendukung kemerdekaan Palestina.

Sumber: BDS Movement

Jadinya, setiap kali terjadi  invasi Israel ke Palestina, seruan boikot kembali ramai, tak hanya menyerang empat brand itu, tapi juga brand-brand di sektor lain. Menurut BDS Movement, beberapa merek yang juga diincar di antaranya Hewlett Packard, PUMA, Chevron, Siemens, Carrefour, AXA, hingga Disney.

Eskalasinya meningkat dan mendapat dukungan global israel melancarkan genosida di Gaza usai Operasi Taufan Al-Aqsha, sebuah operasi para pejuang Gaza untuk mempertahankan kedaulatannya atas penjajahan Israel.

BBC menggambarkan serangan ini sebagai salah satu perang paling mematikan dalam sejarah wilayah itu. Setahun setelah serangan itu, lebih dari 40.000 warga Palestina yang gugur, menurut data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Seruan boikot ini makin mendapatkan momentum ketika didukung teknologi media sosial termasuk tagar di platform X dan TikTok. Aplikasi seluler seperti NoThanks dan Buycott juga membantu orang mengidentifikasi merek-merek relevan yang menjadi target.

Baca juga: Starbucks tutup 50 gerai di Malaysia di tengah aksi boikot

Di Indonesia, warganya tak tinggal diam. Apalagi Joko Widodo (Jokowi), Presiden Indonesia periode 2014-2024, langsung menyerukan boikot ini demi menekan Israel, yang disampaikan bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Sekjen OKI Iyad Ameen Madani, dalam KTT OKI di JCC, 7 Maret 2016.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga ikut memboikot produk-produk pendukung Israel dengan merilis Fatwa Nomor 83 Tahun 2023.

Dampak aksi ini pun mulai terasa. Media-media internasional melaporkan aksi boikot global ini nyatanya berimbas terhadap kinerja perusahaan global, terutama yang jadi bahasan adalah empat perusahaan: Starbucks, McDonald’s, KFC, dan Pizza Hut.

Pertanyaannya, jika berdampak, seberapa besar efeknya?

Untuk mengetahui itu, kita perlu melihat kinerja fundamental empat perusahaan global itu setahun terakhir. Dari sana, akan tampak apakah seruan boikot itu jadi faktor utama penurunan kinerja atau hanya faktor tambahan selain dampak lanjutan pasca-pandemi dan faktor internal terkait strategi bisnis.

  1. Starbucks

Starbucks Corporation memulai sejarah mereka dengan membuka toko pertama di Seattle’s Pike Place Market, tahun 1971 atau 53 tahun silam. Model bisnis awalnya hanya berdagang grosir biji kopi, fresh-roasted, dan belum membuka gerai seperti sekarang ini.

Tapi kemudian diubah menjadi kedai kopi yang menyajikan minuman berbasis espresso di bawah kepemilikan Howard Schultz, yang menjabat CEO periode 1986-2000. Dialah yang memimpin ekspansi agresif waralaba ini ke seluruh pantai barat AS hingga dunia, termasuk Asia.

Hingga Oktober 2023, sesuai laporan keuangan, Starbucks memiliki 38.038 gerai di 86 negara, terbagi atas 19.592 gerai resmi yang dioperasikan perusahaan dan 18.446 kedai berlisensi.

Di Indonesia, gerai Starbucks pertama kali hadir di Plaza Indonesia pada 17 Mei 2002 dan berkembang di lebih dari 500 gerai di 59 kota di tanah air pada akhir 2023. Mitra lokalnya yakni PT Sari Coffee Indonesia, anak grup PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), perusahaan didirikan pengusaha Sjamsul Nursalim.

Selain Starbucks, MAPI memiliki jaringan lebih dari 2.300 toko ritel lain seperti Zara, Marks & Spencer, SOGO, SEIBU, Reebok, dan lainnya.

Secara global, per 1 Oktober 2023, laporan keuangan mencatat Starbucks mempekerjakan 381.000 orang di seluruh dunia.

Di AS sebanyak 228.000 orang, sisanya luar AS 153.000. Pada 26 Juni 1992, Starbucks menjual sahamnya kepada masyarakat (initial public offering/IPO) di Bursa Nasdaq dan tercatat dengan kode saham SBUX..

Sumber: Lapkeu SBUX

Ada tiga sumber utama pendapatan Starbucks yakni pendapatan bisnis di Amerika Utara (AS dan Kanada) menyumbang 74%, bisnis internasional (China, Jepang, Asia Pasifik, Timur Tengah-Afrika, Amerika Latin-Karibia) berkontribusi 21%, dan pengembangan channel (bisnis non-kopi) berkontribusi 5%.

Sebelumnya Starbucks dikecam oleh para aktivis lantaran pada 9 Oktober 2023, dua hari setelah Israel membalas serangan di Gaza, perusahaan menggugat serikat pekerjanya, Starbucks Workers United, karena mengunggah postingan pro-Palestina di media sosial X yang menyatakan “Solidaritasnya dengan Palestina!”.

Starbucks naik pitam, mengajukan gugatan, dan sejak saat itu gerakan boikot meningkat. Jika dilihat dari laporan keuangan SBUX, kinerja melambat dari tahun sebelumnya.

Lapkeu SBUX memakai tahun fiskal full year yakni 1 Oktober hingga 30 September, berbeda dengan perusahaan di Indonesia yakni full year berakhir 31 Desember.

Untuk tahun ini, penurunan pendapatan mulai terjadi pada kuartal 2-2024 (Januari-Maret), mengingat di kuartal I (Oktober-Desember 2023) sempat naik. Pada Q2 itu pendapatan bersih grup turun 2% menjadi US$8,6 miliar atau setara Rp133 triliun (kurs Rp15.500/US$).

Di Q3, penjualan drop lagi 1% menjadi US$9,1 miliar dan penjualan di Q4 (Juli-September) turun lagi 3% menjadi US$9,1 miliar akibat koreksi penjualan di Amerika Utara, internasional, dan China.

Total penjualan bersih grup cuma naik 1% menjadi US$36,2 miliar atau Rp561 triliun. Padahal full year 2023, pendapatan bersih naik 11% menjadi US$35,97 miliar.

Sumber: Lapkeu SBUX

Laba bersih juga turun 8,8% menjadi US$3,76 miliar. Padahal di 2023, laba bersih SBUX tumbuh 12% menjadi US$4,12 miliar. “Di kondisi yang penuh tantangan ini, kinerja kuartalan ini tak mencerminkan kekuatan brand kami, kemampuan kami atau potensi ke depan,” kata CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, dalam siaran pers.

Untuk mitra lokal mereka juga terdampak. Alshaya Group, yang mengoperasikan 2.000 gerai Starbucks dan merek lain di Timur Tengah dan Afrika Utara, pun mengumumkan penutupan puluhan gerai di Mesir pada Januari, termasuk Starbucks.

Langkah ini bersamaan dengan PHK hampir 400 karyawan, dengan alasan kesulitan bisnis. Pada Maret 2024, Alshaya memangkas 2.000 pekerja lagi, mayoritas terpusat di Starbucks, karena menurut sumber Reuters, perusahaan terpukul keras efek boikot.

Di Indonesia, VP Head of Investor Relations, Corporate Communications & Sustainability Mitra Adiperkasa (MAPI) Ratih D. Gianda mengakui penjualan Starbucks di Q1 merugi akibat boikot.

“Sudah tentu ada dampaknya [boikot]. Namun tidak terjadi di setiap toko, hanya beberapa,” katanya usai Paparan Publik MAPI, Kamis (27/6/2024), dikutip Media Indonesia.

“Jadi dampak boikot ini masih berlangsung sampai sekarang. Kalau kita lihat tokonya sendiri, tidak ada di Israel ya. Jadi hampir semua karyawannya itu orang Indonesia dan hanya satu bule,” tambah dia.

MAPI menyayangkan aksi boikot karena perusahaan tidak berafiliasi dengan Israel. Aksi boikot, tegasnya, justru hanya merugikan ekonomi Indonesia, apalagi 100% karyawan Starbucks di tanah air adalah warga Indonesia.

Di Malaysia, pewaralaba Starbucks di sana yakni Berjaya Food, juga mengaitkan penurunan pendapatan 38,2% di kuartal terakhir 2023 dengan efek boikot.

Paralel dengan isu ini, harga saham SBUX di Bursa Nasdaq sempat terperosok ke level terendah di US$80,22/saham pada Mei 2024 dari level tinggi US$107 di November 2023, kendati saat ini harganya mulai naik menuju level US$100.

Baca juga: BDS serukan boikot lima media Arab: Mereka jadi corong Israel!

Manajemen Starbucks global, dalam laporan keuangan, menyatakan salah satu risiko yang dihadapi adalah kampanye negatif, seruan boikot, dan gerakan anti-Amerika.

Dalam keterangan resmi, Starbucks menegaskan meskipun akarnya di AS, perusahaan adalah korporasi global dengan gerai yang tersebar di 86 pasar, termasuk lebih dari 1.900 gerai di 11 Timur Tengah dan Afrika Utara.

“400.000 partner kami di seluruh dunia punya pandangan berbeda mengenai beragam topik. Terlepas dari spektrum keyakinan itu, Starbucks tetap menjadi organisasi non-politik. Kami mengutuk kekerasan, hilangnya nyawa orang yang tak berdosa, serta ujaran kebencian dan senjata,” kata manajemen.

“Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer manapun, dan tidak pernah melakukannya.”

  1. McDonald’s

McDonald’s memulai sejarahnya pada 1954, ketika seorang pengusaha bernama Ray Kroc menemukan sebuah restoran kecil di California dan tertarik dengan format restoran yang dimiliki oleh dua bersaudara, Maurice dan Richard McDonald.

Ray lalu membangun sistem restoran itu dan saat ini McD memiliki dengan valuasi US$209,70 miliar atau Rp3.255 triliun, nomor 55 terbesar di dunia versi Companies Market Cap. Akhir 2023, laporan keuangan menyebutkan ada lebih dari 40.000 gerai McD tersebar di dunia.

Tahun 2023, pendapatan perusahaan masih naik 10% menjadi US$25,5 miliar atau Rp395 triliun. Laba bersih tahunan juga naik 37% menjadi US$8,47 miliar atau Rp131 triliun.

Namun pada Q3-2024 (Juli-September), kinerjanya mulai turun karena berbagai faktor. Hal itu tampak dari pendapatan bersih yang naik cuma 3% menjadi US$6,87 miliar. Pendapatan operasional turun 1% menjadi US$3,19 miliar. Imbasnya, laba bersih McD melorot 3% menjadi US$2,26 miliar.

Dengan demikian, dalam 9 bulan hingga akhir September, pendapatan McD hanya naik 2% menjadi US$19,53 miliar atau Rp303 triliun dengan laba bersih turun 3% menjadi US$6,21 miliar atau Rp96 triliun.

Manajemen menegaskan perusahaan akan fokus pada pertumbuhan jangka panjang. “Kami akan terus mengikuti pedoman kami, Accelerating the Arches, demi mendorong pertumbuhan jangka panjang secara global,” kata CEO Chris Kempczinski, dalam siaran pers.

Dalam unggahan di akun LinkedIn-nya, 4 Januari 2024, Chris mengakui ada dampak buruk dari aksi seperti boikot, protes, penghentian kerja, atau kampanye organisasi buruh. Namun dia mengklaim ada misinformasi publik terkait dengan posisi McD sehingga berdampak pada penjualan di pasar Timur Tengah.

“Saya menyadari bahwa beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa di luar wilayah itu mengalami dampak bisnis yang berarti karena perang dan misinformasi, yang mempengaruhi merek seperti McDonald’s,” katanya. “Ini mengecewakan dan tidak berdasar.”

Menurut dia, setiap negara tempat McD beroperasi, termasuk di negara-negara Muslim, diwakili oleh mitra lokal, mempekerjakan ribuan warga lokal di negara tersebut. “Hati kami tetap bersama komunitas dan keluarga yang terkena dampak perang di Timur Tengah. Kami membenci kekerasan dalam bentuk apa pun dan dengan tegas menentang ujaran kebencian.”

Sayangnya, pernyataan ini tidak selaras dengan apa yang terjadi di lapangan. Time melaporkan, para aktivis memprotes keputusan McD Israel yang mengiklankan penawaran makanan gratis dan diskon ke tentara Israel dan pasukannya setelah aksi 7 Oktober 2023.

Menurut postingan X pada 22 Oktober, McD Israel memberikan 100.000 makanan gratis ke pasukan keamanan senilai 5 juta shekel (US$1,3 juta) atau Rp20 miliar.

Manajemen McD pusat di Chicago menegaskan mereka tidak mendukung pemerintah mana pun yang terlibat dalam konflik. “Setiap tindakan dari mitra bisnis pemegang lisensi lokal kami dilakukan independen tanpa izin McDonald’s.”

Sebab itu pada 4 April lalu, McD membeli 225 gerai waralaba di Israel milik pemegang lisensi lokal Alonyal Ltd., yang dimiliki pengusaha Israel Omri Padan, selama lebih dari 30 tahun.

Keputusan itu menunjukkan sikap McD yang serius membantah anggapan pro-Israel dari konsumen di seluruh dunia, terutama Arab dan negara mayoritas Muslim.

Di Indonesia, McD pertama kali masuk pada 1991 dengan membuka restoran di Sarinah. Mitra lokalnya adalah pengusaha bernama Soegiharto Sosrodjojo, pemilik Grup Rekso.

Grup bisnis yang didirikan tahun 1950-an ini adalah pemilik PT Sinar Sosro (produsen Teh Botol Sosro), PT Rekso Nasional Food, dan PT Gunung Slamat.

Lisensi franchise McD masuk lewat kerja sama dengan Rekso Nasional Food. Namun karena perusahaan non-publik, tak ada akses terkait kinerja keuangan.

  1. KFC dan Pizza Hut

Dua waralaba terkenal di dunia ini masuk dalam grup YUM! Brands Inc. yang juga mengelola restoran Taco Bell dan The Habit Burger Grill. Dulunya brand ini bernama Tricon Global Restaurants, Inc. dan sempat menjadi bagian dari PepsiCo Inc. sebelum memisahkan diri.

Situs resmi PepsiCo mencatat, Tricon mengakuisisi Pizza Hut Inc. pada November 1977 melalui pertukaran saham, sementara KFC dibeli pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco Inc. dengan harga sekitar US$840 juta atau Rp13 triliun saat itu.

Kemudian Pizza Hut, Taco Bell, dan KFC masuk Grup Tricon pada 1997 yang berubah nama menjadi YUM! Brands dan tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode YUM, serta masuk Indeks S&P 500.

KFC didirikan di Corbin, Kentucky, oleh Kolonel Harland D. Sanders, seorang pelopor konsep waralaba restoran. Sanders menyempurnakan campuran rahasia 11 rempah dan bumbu untuk Kentucky Fried Chicken (KFC) pada 1939 dan mendaftarkan pewaralaba pada 1952. Adapun restoran Pizza Hut pertama dibuka pada 1958 di Wichita, Kansas, AS.

Jika ingin melihat kinerja KFC dan Pizza Hut, maka mesti mencermati laporan keuangan YUM yang menggunakan tahun fiskal akhir Desember.

Tren Laba Bersih YUM! Brands

Tahun Laba Bersih  (US$ Juta) Naik/Turun (%)
2017 1.340
2018 1.542 +15
2019 1.294 -16
2020 904 -30
2021 1.575 +74
2022 1.325 -16
2023 1.597 +21
Q3-2024 1.063 -6

Sumber: Laporan keuangan YUM, diolah

Sebetulnya kinerja YUM sudah tertekan sebelum aksi boikot dan setahun sebelum pandemi COVID-19. Penurunan laba bersih pertama kali terjadi pada full year 2019 ketika laba bersih turun 16% menjadi US$1,29 miliar atau setara Rp20 triliun.

Ketika terjadi pandemi 2020, laba bersihnya anjlok 30% menjadi US$904 juta atau Rp14 triliun dengan pendapatan yang cuma naik 1% menjadi US$5,65 miliar.

Tahun 2023, laba bersih YUM memang naik 21% menjadi US$1,59 miliar atau Rp25 triliun, tapi penjualan cuma naik 3% menjadi US$7,07 miliar.

Di tahun 2023 itu, performa KFC dan Pizza Hut global juga tumbuh hanya single digit. Laba operasi KFC tumbuh 9% menjadi US$1,30 miliar atau Rp20 triliun, sedangkan laba operasi Pizza Hut naik 1% menjadi US$391 juta atau Rp6 triliun.

Pada 9 bulan tahun ini per September, laba bersih YUM melorot 6% dari periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY) menjadi US$1,06 miliar, dengan pendapatan naik cuma 3% menjadi US$5,18 miliar.

Penurunan terjadi pada bisnis KFC yang selama ini menjadi kontributor terbesar YUM. Penjualan bisnis franchise turun 3% dengan laba operasi hanya naik 1% menjadi US$986 juta. Penurunan penjualan terjadi di pasar AS (-7%), Asia (-7%), Inggris (-3%), dan Timur Tengah, Turki dan Afrika Utara (-9%). Yang naik justru bisnis Taco Bell dengan pendapatan franchise naik 6% dan laba operasi naik 8%.

Untuk Pizza Hut, penjualan sistem turun 3%, penjualan franchise turun 2%, dan laba operasi turun 5% menjadi US$278 juta. Terjadi penurunan penjualan sistem di AS (-2%), Asia (-4%), Eropa (-6%), dan Timur Tengah-Afrika (-6%).

“Penjualan dipengaruhi tekanan yang berkaitan dengan konflik geopolitik dan sentimen konsumen yang penuh tantangan,” tegas CEO YUM, David Gibbs, dalam siaran persnya.

Tren penurunan kinerja juga menimpa mitra usaha mereka, termasuk di Malaysia dan Indonesia. Channel News Asia (CNA) melaporkan, mengutip harian berbahasa Mandarin, Nanyang Siau Pau, ada 108 gerai KFC tutup.

Negara bagian Kelantan yang terparah dengan hampir 80% gerai terdampak seruan boikot ini.

QSR Brands, pemilik lisensi KFC di Malaysia, Singapura, Brunei, dan Kamboja, menyatakan perusahaan mengambil langkah-langkah proaktif guna menutup sementara gerai-gerainya demi mengelola biaya.

Situs QSR mencatat, ada lebih dari 600 gerai KFC di Malaysia, dengan gerai pertama dibuka di Kuala Lumpur pada 1973.

Di Indonesia, kinerja mitra KFC dan Pizza Hut ikut tertekan. KFC masuk ke ke Indonesia lewat mitra lokal PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang didirikan Keluarga Gelael pada 1978.

Tahun Oktober 1979, perseroan mendapatkan lisensi dengan membuka gerai pertama KFC di Melawai, Jakarta. Tahun 1990, masuk Grup Salim sebagai salah satu pemegang saham utama.

Pada 2023, pendapatan KFC Indonesia naik tipis 1,4% menjadi Rp5,94 triliun, tapi rugi bersihnya bengkak menjadi Rp415,65 miliar, dari tahun 2022 yang rugi Rp77,45 miliar.

Pada 9 bulan tahun ini atau per September, pendapatan KFC Indonesia turun 22% menjadi Rp3,59 triliun. Rugi bersih bengkak 265% menjadi Rp557,08 miliar.

Dalam laporan keuangan FAST 2023, manajemen KFC Indonesia menyatakan berdasarkan hasil survei tentang Brand Health Tracking, hampir semua merek restoran cepat saji (quick service restaurant/QSR) non-lokal, seperti KFC, McD, dan lainnya menurun kinerjanya di seluruh metrik karena gerakan boikot. Sementara itu, merek lokal, seperti Richeese, Hokben dan lainnya menunjukkan sebaliknya.

Secara jumlah karyawan KFC Indonesia juga berkurang 2.274 orang, dari 15.989 di akhir 2023 menjadi 13.715 orang per September 2024, sementara dari sisi gerai, perseroan juga menutup sebanyak 47 gerai menjadi 715 gerai dari akhir tahun lalu 762 gerai.

Banyak pihak menuding KFC Indonesia merugi akibat dampak boikot. Namun melihat lapkeu dari tahun ke tahun, jauh sebelum boikot Oktober 2023, KFC Indonesia sudah merugi dalam empat tahun terakhir sejak 2020. Saat pandemi 2020, KFC Indonesia rugi Rp377,18 miliar, rugi lagi Rp370,78 miliar di 2021, dan rugi Rp415,65 miliar di 2023.

Tren Kinerja KFC Indonesia

Tahun Laba (Rugi) Rp miliar
2019 241,55
2020 (377,18)
2021 (370,78)
2022 (77,45)
2023 (415,65)
Q3-2024 (557,08)

Sumber: Lapkeu, diolah

Anthoni Salim, Komisaris Utama FAST yang juga bos Grup Indofood, mengakui alasan penurunan kinerja bukan hanya boikot, tapi faktor eksternal lainnya.

“Kenaikan harga komoditas pangan di tingkat global berdampak. Selain itu, jelang akhir tahun 2023 perseroan menghadapi isu boikot terhadap brand-brand asal AS imbas konflik Palestina. Perseroan mendukung kebijakan pemerintah terkait konflik ini,” kata Anthoni, dalam laporan keuangan FAST 2023.

Hal serupa disampaikan Dalimin Juwono, Corporate Secretary FAST, ketika menjawab pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasannya ada faktor penurunan daya beli masyarakat pasca-pandemi.

“Memasuki kuartal terakhir 2023, keadaan itu [pemulihan] diperberat dengan adanya gerakan boikot terhadap brand-brand asal AS, imbas dari konflik Timur Tengah” katanya, dalam surat keterbukaan informasi BEI 7 Juni 2024.

Sementara itu, kinerja Pizza Hut Indonesia juga tidak baik-baik saja. Pizza Hut mulanya masuk Indonesia pada 1984 dengan membuka restoran pertama di Djakarta Theater, Thamrin, dikelola PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA). Pada 2004, perusahaan diakuisisi oleh Sriboga Group milik pengusaha tepung terigu Alwin Arifin, yang juga mengelola Marugame Udon.

Sama seperti KFC Indonesia, terjadi penurunan kinerja Pizza Hut Indonesia sejak terdampak pandemi. Pada 2020, perusahaan merugi Rp93,52 miliar, laba di 2021, lalu rugi lagi di 2022 dan 2023.

Dalam 9 bulan per September 2024, penjualan turun 26% menjadi Rp2,04 triliun dan rugi bersih bengkak 148% menjadi Rp96,72 miliar.

Jumlah karyawan juga berkurang 371 orang menjadi 4.651 orang dari Desember 2023 sebanyak 5.022 dan jumlah gerai berkurang 20 menjadi 595 dari Desember 2023 sebanyak 615 gerai.

Tren Kinerja Pizza Hut Indonesia

Tahun Laba (Rugi) Rp miliar
2019 200
2020 (93,52)
2021 60,77
2022 (23,46)
2023 (96,22)
Q3-2024 (96,72)

Sumber: Lapkeu, diolah

Manajemen menjelaskan ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi yakni ekonomi kelas menengah yang turun kelas sehingga berdampak ke industri, dan kedua soal geopolitik.

“Sudah tercampur [faktornya], makanya kami tidak bisa pisahkan mana yang lebih besar dan mana yang tidak, tapi jika dampak geopolitik bisa dilihat dari social reasoning kami memang sudah ada penurunan dari waktu awal itu,” kata Direktur Operasi PZZA Boy Lukito, dalam Paparan Publik 14 November 2024.

Sebab itu perusahaan kini berinovasi dengan meng-upgrade restoran-restoran PZZA dengan desain dan atmosfer yang lebih Gen-Z dan milenial dengan menghadirkan Pizza Hut Indonesia Ristorante.

Apakah boikot cukup?

Sejumlah analis memandang perlu ada konsistensi seruan boikot dalam jangka panjang untuk menghitung dampaknya secara luas. “Jika boikot ini hanya akan menjadi momen singkat, satu-dua bulan, itu tidak akan berdampak material ke arus kas jangka panjang suatu bisnis,” kata Anson Frericks, salah satu pendiri Strive Asset Management, dilansir Time. “Kalau terjadi dua-tiga kuartal, saya katakan bahwa boikot benar-benar berhasil.”

Namun bagi Anson, boikot yang paling berhasil adalah ketika konsumen merasa bahwa apa yang mereka lakukan ternyata berdampak, sehingga boikot itu berpotensi diperpanjang.

Pernyataan ini pun selaras dengan kecenderungan bahwa seruan boikot itu mulai melebar ke sektor-sektor lain termasuk olahraga, perfilman, musik, dan budaya.

Menurut jurnalis timur tengah, Jonathan Fenton Harvey, dalam opininya di Anadolu Agency berjudul “Boycotts against Israel: Can they really lead to change?”, boikot tetap berdampak.

Dia mengutip penelitian ilmuwan politik Harvard, Erica Chenoweth, yang menyatakan butuh sekitar 3,5% dari populasi demi mendorong perubahan politik. “Meski suara proaktif [boikot] itu minoritas, suara-suara ini masih dapat membuat perbedaan,” kata Jonathan.

Beberapa seruan boikot global pernah berhasil di antaranya seruan boikot gula yang diproduksi para budak di Inggris tahun 1791 demi menghapus perbudakan dan boikot Afrika Selatan demi menekan negara itu mengakhiri rezim apartheid tahun 1994.

Bagi Jonathan, kendati boikot berdampak bagi kinerja perusahaan global dan ekonomi Israel, serta meningkatkan kesadaran politik, tapi hal terpenting agar dampak boikot makin kuat adalah gerakan ini harus dikombinasikan dengan perubahan pemerintahan yang paralel.

Ini penting lantaran beberapa negara Barat mulai mendorong regulasi untuk membatasi aktivitas boikot, seperti AS dan Inggris.

Kabar baiknya, katanya, perubahan sedang berlangsung. Misalnya, dana pensiun (dapen) di seluruh Eropa mulai mengubah strategi investasinya, termasuk Veilev, salah satu dapen terbesar di Denmark.

Dapen Norwegia juga baru-baru ini melepas seluruh kepemilikan obligasinya dari Israel, senilai US$500 juta atau Rp8 triliun.

Beberapa universitas di AS dan Eropa juga memilih menarik investasi dari Israel atau perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel sejak Oktober 2023, “dan upaya-upaya ini berpotensi terus berlanjut,” kata Jonathan.

Kesimpulannya, manajemen perusahaan-perusahaan global yang menjadi sasaran boikot itu mengakui adanya dampak bagi brand mereka.

Tapi realitanya penurunan kinerja juga terkait faktor eksternal seperti makro ekonomi, penurunan daya beli di pasar tertentu, persaingan bisnis, strategi yang tidak tepat, dan dampak lanjutan dari pandemi.

Namun yang jelas, tekanan kolektif diperlukan guna mendorong perubahan politik dan tanggapan pemerintah negara-negara sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan tersebut.

Penulis adalah alumnus UIN Jakarta, mantan wartawan ekonomi dan pasar modal, kini fokus menulis isu-isu ekonomi negara-negara Timur Tengah

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular