Jumlah warga Israel yang menandatangani petisi menuntut penghentian perang yang dipimpin PM Benjamin Netanyahu di Gaza dan pemulangan sandera terus bertambah signifikan. Hingga Senin (21/4/2025), lebih dari 141.000 orang telah menyatakan dukungannya terhadap seruan tersebut melalui platform Restart Israel.
Data terbaru dari platform itu menyebutkan, jumlah penandatangan mencapai 141.874, naik drastis dibandingkan 121.000 pada Jumat sebelumnya. Jumlah petisi yang beredar pun bertambah, dari 47 menjadi 56 buah.
Petisi-petisi ini umumnya diinisiasi oleh kelompok cadangan dan purnawirawan militer Israel, namun mayoritas penandatangan berasal dari kalangan sipil. Lebih dari 11.000 tentara cadangan dan purnawirawan telah menandatangani 20 petisi terbuka, dengan 1.000 penandatangan baru hanya dalam dua hari terakhir.
Selain itu, jumlah warga sipil yang terlibat juga meningkat pesat. Di antaranya, tercatat 73.599 warga sipil, 3.700 guru, 3.900 akademisi, 2.000 orangtua siswa, 1.500 orangtua tentara aktif, serta 1.200 kerabat tentara yang gugur. Juga tercatat 433 pengacara, 258 dokter perempuan, 2.100 profesional bidang teknologi tinggi, 350 penulis dan penyair, 131 seniman dan intelektual, serta 472 insinyur dan perencana kota.
Sebanyak 15.638 ibu-ibu Israel juga turut menyuarakan tuntutan untuk mengakhiri perang dan mengembalikan sandera.
Tokoh-tokoh publik yang turut menandatangani antara lain mantan Perdana Menteri dan Kepala Staf Ehud Barak, serta mantan Kepala Staf Dan Halutz. Selain itu, ada empat mantan komandan angkatan laut, tiga mantan pemimpin satuan elit Flotilla 13, dua mantan komandan artileri, dan sejumlah mantan pejabat tinggi militer lainnya.
Petisi yang mereka tandatangani menyatakan bahwa perang yang tengah berlangsung lebih mencerminkan kepentingan politik daripada tujuan keamanan. “Melanjutkan perang tidak memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan resmi, dan justru berisiko menyebabkan kematian para sandera, tentara Israel, serta warga sipil yang tak berdosa,” bunyi pernyataan dalam sejumlah petisi militer.
Mereka menyerukan agar pemerintah segera mencapai kesepakatan untuk memulangkan seluruh 59 sandera yang tersisa tanpa penundaan, meskipun harus menghentikan pertempuran.
Media lokal Israel melaporkan bahwa pemerintah mulai mengambil langkah disipliner terhadap dokter militer yang ikut menandatangani petisi. Tindakan ini menyusul pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang menuduh para penandatangan melakukan pembangkangan atas dorongan organisasi yang didanai asing, yang menurutnya ingin menjatuhkan pemerintahannya.
Otoritas Israel saat ini memperkirakan 24 dari 59 sandera yang tersisa di Gaza masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 9.500 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, dengan banyak laporan mengenai penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang menyebabkan kematian sejumlah tahanan.
Kesepakatan awal gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, yang dimediasi Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat, dimulai pada 19 Januari namun dilaporkan dilanggar oleh pihak Israel pada pertengahan Maret.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 51.200 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang masih berlangsung di wilayah tersebut.