Tuesday, April 22, 2025
HomeBeritaMahasiswa Harvard kecam Sullivan yang sebut serangan Israel bukan pembantaian

Mahasiswa Harvard kecam Sullivan yang sebut serangan Israel bukan pembantaian

Sekelompok mahasiswa di Universitas Harvard mengecam pernyataan Jake Sullivan, mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, yang menyebut serangan Israel ke Gaza “bukanlah pembantaian massal”.

Pernyataan tersebut disampaikan Sullivan pada sebuah acara di Sekolah Kennedy Universitas Harvard, pada Ahad lalu.

Ketika ditanya oleh seorang mahasiswa mengenai pandangannya tentang serangan udara Israel ke Gaza meskipun ada kesepakatan gencatan senjata, Sullivan mengakui bahwa Israel “terlalu berlebihan” dalam menyebabkan jumlah korban jiwa di kalangan warga sipil.

Namun, dia berpendapat bahwa hal ini tidak memenuhi definisi “pembantaian massal” menurut hukum internasional.

Sullivan menggambarkan serangan Israel ke Gaza sebagai “tragedi”, dan menegaskan, “Saya tidak pernah mengatakan itu adalah pembantaian massal karena saya tidak percaya itu adalah pembantaian massal.”

Dia juga menambahkan bahwa warga sipil di Gaza tidak memiliki cara untuk meninggalkan wilayah tersebut, dan meskipun hal ini tidak membebaskan Israel dari tanggung jawab, “situasi tersebut menunjukkan kesulitan yang ada.”

Lebih lanjut, Sullivan beralasan bahwa Israel telah melakukan segala yang diperlukan untuk meminimalkan jumlah korban jiwa di kalangan warga Palestina selama serangan di Gaza.

Namun, pernyataan ini menuai kecaman dari sejumlah mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut. Mereka mengangkat sebuah spanduk yang tertulis, “Membunuh 51 ribu warga Palestina bukanlah pembelaan diri.”

Pada awal Maret lalu, tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, yang dimulai pada 19 Januari, telah berakhir.

Kesepakatan ini dimediasi oleh Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat, dan Hamas telah mematuhi kesepakatan tersebut.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menangguhkan fase kedua dari kesepakatan tersebut, dan kembali melanjutkan serangan besar-besaran pada 18 Maret, yang dikendalikan oleh sayap ekstrem kanan dalam pemerintahannya.

Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober 2023 terus melakukan apa yang oleh banyak pihak disebut sebagai pembantaian massal di Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 168.000 korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita, serta lebih dari 11.000 orang yang hilang.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular