Wednesday, July 9, 2025
HomeBeritaNetanyahu tinggalkan Gedung Putih tanpa pernyataan gencatan senjata Gaza

Netanyahu tinggalkan Gedung Putih tanpa pernyataan gencatan senjata Gaza

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meninggalkan Gedung Putih pada Selasa (8/7/2025) malam waktu setempat, usai pertemuan kedua dengan Presiden AS Donald Trump dalam 24 jam terakhir, tanpa pernyataan publik mengenai terobosan dalam pembicaraan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza—yang menjadi fokus utama pertemuan tersebut, lansir Times of Israel.

Pertemuan tersebut sempat menimbulkan harapan akan adanya pengumuman penting, karena dijadwalkan secara mendadak hanya beberapa jam sebelumnya.

Trump menyatakan akan membahas situasi di Gaza, sementara utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyampaikan keyakinan bahwa kesepakatan bisa diraih pekan ini.

Namun demikian, setelah pertemuan selama lebih dari satu jam di Oval Office—yang juga dihadiri Wakil Presiden AS JD Vance—Witkoff diputuskan untuk menunda keberangkatannya ke Doha.

Ia dijadwalkan sebelumnya untuk mengikuti serangkaian pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas, namun jadwal itu kini diundur, menandakan bahwa masih dibutuhkan kemajuan lebih lanjut sebelum kesepakatan dapat dituntaskan.

Pelaporan dari The Times of Israel mengungkapkan bahwa pembicaraan jarak jauh putaran kelima di Qatar berakhir tanpa kemajuan nyata. Seorang pejabat Palestina menuding tim negosiasi Israel “lebih banyak mendengarkan daripada bernegosiasi”, dan dikendalikan langsung oleh Netanyahu serta Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

Menurut pejabat tersebut, tim Israel belum memiliki otoritas untuk mengambil keputusan nyata.

Titik perselisihan

Menurut empat sumber dalam negosiasi tersebut, Amerika Serikat lebih optimistis dibanding mediato Mesir dan Qatar mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera pekan ini.

Witkoff sebelumnya menyebut bahwa dari empat kendala utama dalam perundingan, tiga sudah tercapai kesepakatan, yaitu:

  1. Jaminan agar gencatan senjata tetap berlaku, bahkan jika perundingan kesepakatan jangka panjang belum selesai pada masa 60 hari pertama;

  2. Peningkatan bantuan kemanusiaan melalui mekanisme berbasis PBB;

  3. Ketentuan pertukaran sandera dan tahanan.

Namun, menurut satu sumber, detail mengenai jumlah dan identitas sandera—baik orang Israel maupun Palestina—belum dibahas secara tuntas, karena Hamas meminta penyelesaian masalah lain terlebih dahulu.

Mengenai mekanisme bantuan, negosiator di Doha menunjukkan kesiapan mendukung klausul yang memastikan bahwa hanya PBB dan organisasi internasional netral yang dapat menyalurkan bantuan di area yang telah ditinggalkan pasukan IDF.

Bantuan tidak akan disalurkan oleh entitas terkait langsung dengan Israel atau Hamas.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular