Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden sementara Ahmed al-Sharaa telah mencapai kesepakatan dengan kelompok SDF (Pasukan Demokratik Suriah), yang didominasi oleh cabang Suriah dari YPG, yang merupakan sayap teroris dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Kesepakatan ini mencakup gencatan senjata dan penggabungan pasukan SDF dengan tentara Suriah.
Kesepakatan tersebut ditandatangani pada hari Senin oleh Presiden sementara al-Sharaa dan Ferhat Abdi Şahin yang dikenal dengan nama kode “Mazloum Kobani”
Saya melihat setidaknya ada lima faktor kunci di balik perjanjian bersejarah SDF dengan pemerintah baru Suriah.
Pertama, gabungnya SDF tak lepas dari kegagalan pemberontakan eks loyalis Assad kepada pemerintah baru Suriah di Latakia dan Tartus. Kegagalan ini kian meyakinkan SDF untuk melakukan integrasi di Suriah.
Kedua, Ada jaminan hak-hak bangsa Kurdi yang diberikan oleh Ahmad Sharaa yang sebelumnya tak dilakukan rezim sektarian Assad. Seperti jaminan pengajaran dan penggunaan bahasa Kurdi, yang sebelumnya dilarang selama puluhan tahun di bawah rezim Assad.
Ketiga, ada peran Turki dalam perjanjian bersejarah ini di mana sebelumnya PKK sebagai induk SDF telah mendeklarasikan gencatan senjata dengan Ankara dan pembubaran diri. Kesepakatan Suriah tak lepas dari satu rangkaian yang sama dari kesepakatan bersejarah antara Turki-PKK.
Keempat, ini juga bagian dari diplomasi Erdogan yang bisa meyakinkan Trump agar Washington tidak ikut cawe-cawe di Suriah dan mendesak AS untuk menarik diri dari dukungannya kepada PKK
Kelima, ini juga bentuk kegagalan manuver Iran dan Israel yang memanfaatkan separatis PKK untuk memecah belah Suriah. Aspirasi masyarakat Kurdi secara keseluruhan untuk terus bersama pemerintah Suriah dan melihat adanya kesungguhan Ahmad Sharaa untuk membangun Suriah yang inklusif telah mengalahkan pemberontakan yang diprovokasi Iran dan Israel.
Penulis adalah jurnalis Gazamedia.net