Wednesday, December 11, 2024
HomeHeadlinePejabat AS pesimis tercapai gencatan senjata di Gaza sebelum akhir masa jabatan...

Pejabat AS pesimis tercapai gencatan senjata di Gaza sebelum akhir masa jabatan Biden

"Tidak ada kesepakatan yang tampaknya akan segera terjadi. Saya tidak yakin itu akan pernah terwujud," ungkap salah seorang pejabat AS kepada The Journal, dikutip Anadolu.

Sejumlah pejabat senior Amerika Serikat diam-diam mengakui mereka tidak mengharapkan kesepakatan gencatan senjata tercapai antara Israel dan Hamas sebelum masa jabatan Presiden Joe Biden berakhir, demikian laporan Anadolu Agency pada Jumat, (20/9).

The Wall Street Journal melaporkan, pemerintahan Biden akan terus mengejar kesepakatan tersebut, menganggapnya sebagai satu-satunya jalan untuk mengakhiri perang di Gaza.  Juga untuk meredam konflik yang semakin intensif antara Israel dan Hezbollah di Lebanon.

“Tidak ada kesepakatan yang tampaknya akan segera terjadi. Saya tidak yakin itu akan pernah terwujud,” ungkap salah seorang pejabat AS kepada The Journal, dikutip Anadolu.

Menurut laporan itu, ada dua faktor utama di balik pesimisme ini. Pertama, masalah pelik terkait jumlah tahanan Palestina yang harus dibebaskan oleh Israel.

Kedua, serangan selama dua hari yang melibatkan alat komunikasi seperti pager dan walkie-talkie yang meledak di Lebanon. Disusul serangan udara Israel, telah meningkatkan kemungkinan terjadinya perang skala penuh, yang semakin menyulitkan upaya diplomasi dengan Hamas.

John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, kepada wartawan pada Rabu menyatakan, AS terus bekerja keras untuk memulangkan para sandera dan mengupayakan gencatan senjata.

“meskipun itu sangat sulit saat ini,” kata Kirby.

Baca juga: 2 tentara Israel tewas di perbatasan Lebanon 

Kata Kirby, AS juga terus melakukan diplomasi intensif untuk mencegah terbukanya front kedua di perbatasan dengan Lebanon.

Ketegangan antara Israel dan Hezbollah meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah gelombang ledakan pada Rabu yang mempengaruhi perangkat komunikasi ICOM di seluruh Lebanon, menewaskan 25 orang dan melukai 450 lainnya.

Ledakan ini mengikuti insiden serupa pada Selasa yang menargetkan perangkat pager, menyebabkan 12 korban jiwa, termasuk dua anak-anak, dan melukai 2.800 lainnya, dengan 300 di antaranya dalam kondisi kritis.

Pemerintah Lebanon dan kelompok Hezbollah menuduh Israel bertanggung jawab atas ledakan tersebut dan mengancam akan memberikan “konsekuensi yang berat.”

Baca juga: Israel khawatir akan ancaman bom syahid di wilayahnya

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular