Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyatakan bahwa upaya mencapai gencatan senjata baru di Gaza menunjukkan sedikit kemajuan, namun kesepakatan akhir antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang masih sulit dicapai.
“Kami melihat sedikit kemajuan pada Kamis lalu dibandingkan pertemuan sebelumnya, namun kami masih harus menemukan jawaban atas pertanyaan utama: bagaimana mengakhiri perang ini. Itulah inti dari seluruh proses negosiasi,” kata Sheikh Mohammed dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, Ahad (28/4/2025) lansir The New Arab.
Sheikh Mohammed, yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Qatar, tidak merinci elemen mana dari pembicaraan gencatan senjata yang telah mengalami kemajuan. Namun ia menyatakan bahwa Hamas dan Israel masih berbeda pandangan terkait tujuan akhir dari perundingan.
Ia menambahkan, Hamas bersedia membebaskan seluruh sandera Israel yang tersisa jika Israel menghentikan perang di Gaza. Sebaliknya, menurutnya, Israel menginginkan pembebasan sandera tanpa memberikan kejelasan mengenai visi untuk mengakhiri konflik.
“Ketika tidak ada tujuan bersama antara kedua pihak, saya percaya peluang untuk mengakhiri perang ini menjadi sangat tipis,” ujarnya.
Menurut laporan Axios pekan lalu, Kepala Badan Intelijen Israel Mossad, David Barnea, melakukan perjalanan ke Doha pada Kamis untuk bertemu dengan Sheikh Mohammed dalam rangka mendorong perjanjian gencatan senjata.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan bahwa pembicaraan antara pejabat Turki dan Hamas menunjukkan indikasi bahwa kelompok tersebut terbuka pada perjanjian yang melampaui sekadar gencatan senjata, menuju solusi jangka panjang termasuk penyelesaian dua negara.
Israel melanjutkan ofensifnya di Gaza sejak 18 Maret setelah gencatan senjata pada Januari runtuh. Pemerintah Israel menyatakan akan terus menekan Hamas hingga seluruh sandera yang masih ditahan dibebaskan. Diperkirakan masih ada 24 sandera yang hidup.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 sandera ke Gaza, menurut data resmi Israel.
Sejak itu, serangan Israel di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 51.400 orang, menurut otoritas kesehatan lokal, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.