Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat mendesak Israel dan Hamas untuk melanjutkan pembicaraan guna mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Seruan ini datang setelah pengeboman Israel yang terus berlanjut di wilayah tersebut telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dan kekhawatiran akan eskalasi regional lebih lanjut.
Mengutip dari Aljazeera, ketiga negara itu mendesak Israel dan Hamas “untuk segera melanjutkan diskusi pada 15 Agustus di Doha atau Kairo. Keduanya diharap menutup semua kesenjangan yang tersisa dan memulai pelaksanaan kesepakatan tanpa penundaan lebih lanjut.”
“Masa untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dan membebaskan sandera serta tahanan telah tiba,” kata mereka.
“Kami telah bekerja selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan kerangka kerja, dan kini kesepakatan tersebut ada di meja, dengan hanya rincian pelaksanaannya yang masih belum selesai.”
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera merespons seruan tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel akan mengirim delegasi untuk menghadiri pembicaraan pekan depan “untuk merampungkan rincian dan melaksanakan kesepakatan kerangka kerja.”
Namun, Hamas, faksi politik Palestina yang menguasai Gaza, belum memberikan tanggapan.
Pernyataan bersama ini muncul setelah gagalnya upaya selama berbulan-bulan untuk mencapai gencatan di Gaza. Serangan militer Israel telah menewaskan sedikitnya 39.699 warga Palestina, dan melukai 91.722 orang sejak awal Oktober.
Pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyah, di ibu kota Iran, Teheran—yang diyakini dilakukan oleh Israel—juga menimbulkan pertanyaan tentang prospek negosiasi gencatan senjata yang berkelanjutan.
Pembunuhan Haniyah—yang menjadi tokoh kunci dalam pembicaraan—dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya pemerintah Netanyahu untuk menggagalkan upaya negosiasi guna mengakhiri perang.
Melaporkan dari Amman, Yordania, koresponden Al Jazeera, Hamdah Salhut, mengatakan bahwa situasi seputar kematian Haniyah akan menambah kompleksitas negosiasi di masa depan.
“Ada banyak bagian yang bergerak di sini,” katanya, menunjuk pada risiko “serangan balasan” dari Iran atau salah satu proksinya.
“Selain itu, kita harus ingat bahwa Israel sekarang akan bernegosiasi dengan Yahya Sinwar, yang merupakan pemimpin politik baru Hamas,” tambah Salhut, merujuk pada pengganti Haniyah.
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha
Baca juga: Hamas pilih Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru gantikan Haniyah
“Dia dianggap sebagai seorang garis keras. Benjamin Netanyahu juga dianggap sebagai seorang garis keras. Dia memasuki negosiasi ini sebelumnya dengan beberapa hal yang tidak bisa dinegosiasikan dan telah menambah daftar tersebut.”
Dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis, Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat menegaskan, sudah saatnya memberikan bantuan segera kepada warga Gaza yang telah lama menderita.
“Tidak ada lagi waktu yang bisa disia-siakan atau alasan dari pihak mana pun untuk menunda lebih lanjut,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan ini ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, menyatakan bahwa pernyataan ini menunjukkan bahwa negara-negara penengah mulai kehilangan kesabaran.
“AS didesak untuk meningkatkan tekanan karena adanya ancaman perang regional yang lebih luas,” jelas Bishara.