PERDAMAIAN

Bantu Koalisi Arab Perangi Houthi di Yaman, Israel Makin Jumawa

GAZAMEDIA, TEL AVIV – Setelah melakukan normalisasi dengan sejumlah negara teluk seperti Uni Emirad Arab (UEA) Israel semakin jumawah. Pihak keamanan Israel mengeklaim telah menyiapkan kemuningkan adanya serangan balasan terhadap Israel lantaran pihaknya ikut membantu koalasi yang dipimpin Arab Saudi dengan menghancurkan kelompok Houthi di Yaman.

Seorang diplomat senior Israel seperti dilansir dari  laporan saluran 11 Ibrani pada Rabu (16/2) malam kemarin mengatakan sangat mudah melakukan serangan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak.

“Sangat mudah untuk melakukan serangan pesawat tak berawak, jadi ini adalah cerita yang sangat besar yang kami hadapi dengan segala cara,” kata diplomat senior Israel

Dalam konteks terkait, tentara Israel mengizinkan seorang perwira militer AS berpartisipasi sebagai pengamat dalam pelatihan angkatan udara, mereka akan mensimulasikan serangan terhadap target jarak jauh, termasuk ke wilayah negara yang menjadi musu bebuyutan Israel yakni Iran.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengajak Bahrain dan negara lain di kawasan Teluk untuk melawan tantangan bersama mereka, salah satunya ancaman Iran. Dia menuding Teheran telah menyebarkan kekacauan di seluruh kawasan.

“Israel dan Bahrain sedang menghadapi tantangan keamanan utama yang berasal dari sumber yang sama, yaitu Republik Islam Iran. Iran mengacaukan seluruh wilayah,” kata Bennett dalam wawancara dengan surat kabar Bahrain, Al-Ayam, Selasa (15/2).

Sementara itu, pihak Republik Islam Iran mengaku tak pernah gentar dengan pihak manapun termasuk ancaman dan serangan dari pihak Israel.  Militer Iran terus melakukan persiapan baik persenjataan tempur maupun fisik bagi kalangan prajurit militernya. Latihan gabungan bertajuk “Great Prophet” ini dilakukan untuk menangkal serangan Israel yang semakin berani di kawasan Persia []

Erdogan: Tidak Ada Perdamaian Tanpa Negara Palestina Merdeka

GAZA MEDIA, ISTANBUL – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, cara untuk membangun stabilitas dan perdamaian abadi adalah dengan mendirikan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di perbatasan wilayah tahun 1967, dengan al-Quds sebagai ibu kotanya.

Hal ini ditegaskan Erdogan dalam pidato yang dia sampaikannya pada hari Jumat (10/12/2021) dalam sesi pembukaan Konferensi ke-16 Asosiasi Parlemen Negara-negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Turki.

Erdogan menyatakan bahwa “Al-Quds bukan hanya isu persoalan sekelompok Muslim pemberani saja, tetapi merupakan isu persoalan seluruh dunia Islam.”

Dia menegaskan bahwa “membuat Palestina membayar harga atas genosida terhadap orang-orang Yahudi di Eropa selama Perang Dunia Kedua adalah ketidakadilan, kedzaliman dan tidak bermoral.”

Presiden Turki menegaskan bahwa negaranya dengan tegas melanjutkan sikapnya yang teguh pada status “al-Quds Timur” dan kesucian Masjid al-Aqsha.

Dia melanjutkan, “Sebagai cucu dari nenek moyang yang memerintah al-Quds selama 400 tahun, kami tidak ingin melihat darah, air mata, kedzaliman dan ketidakadilan terjadi di Palestina.”

Dia mengatakan, “Al-Quds adalah kota yang diberkati dan amanah dari Nabi Muhammad saw, pada umatnya.”

Dia menyatakan bahwa isu persoalan Palestina adalah “salah satu batu bata bangunan yang menyatukan umat Islam dan berkontribusi pada pembentukan Organisasi Kerjasama Islam.”

Presiden Turki menilai bahwa “membela al-Quds adalah membela kemanusiaan, melindunginya adalah melindungi hak, hukum, perdamaian, keadilan, dan peradaban.”

Dia menambahkan, “Persoalan Palestina, yang juga merupakan tujuan keberadaan PLO, masih menjadi agenda utama kerja kita.”[]