Sebanyak 25 negara, termasuk Inggris, Prancis, Australia, dan Kanada, mendesak Israel segera menghentikan perang di Gaza. Mereka menyebut penderitaan warga sipil di wilayah tersebut telah mencapai “kedalaman baru” dalam krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Senin (21/7/2025), negara-negara tersebut menilai bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, yang telah lebih dari 21 bulan dilanda perang, tak bisa lagi ditoleransi. Pernyataan ini juga menjadi indikasi semakin tajamnya kritik terhadap Israel dari negara-negara sekutunya sendiri.
“Kami menyatakan dengan tegas bahwa perang di Gaza harus diakhiri sekarang juga,” tulis pernyataan itu, seraya menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan, pembebasan para sandera, serta pembukaan akses bantuan kemanusiaan secara menyeluruh.
Pernyataan ini turut diteken oleh Uni Eropa dan negara-negara seperti Jepang dan Selandia Baru. Keikutsertaan negara-negara di luar Eropa disebut sebagai sinyal konsensus global yang semakin meluas.
Kecaman terhadap mekanisme bantuan Israel
Negara-negara tersebut juga mengecam model distribusi bantuan yang diterapkan Israel di Gaza. Mereka menyebut sistem tersebut sebagai “berbahaya, menciptakan ketidakstabilan, dan merampas martabat kemanusiaan rakyat Palestina”.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 875 warga Palestina tewas saat berusaha mengakses bantuan makanan sejak akhir Mei, ketika Israel mulai melonggarkan blokade total yang berlangsung lebih dari dua bulan.
“Mekanisme bantuan Israel memperburuk krisis, dan penolakan Israel terhadap akses bantuan penting bagi penduduk sipil adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Israel harus mematuhi kewajibannya di bawah hukum humaniter internasional,” tegas pernyataan tersebut.
Gencatan senjata dan jalan politik
Pernyataan bersama ini juga menyampaikan dukungan terhadap solusi politik yang menyeluruh. Para negara penandatangan menyatakan kesiapannya untuk mengambil langkah-langkah yang mendukung terciptanya perdamaian jangka panjang di kawasan.
Namun, hingga kini pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas belum menunjukkan titik terang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkali-kali menegaskan bahwa operasi militer harus diperluas untuk memberi tekanan terhadap Hamas dalam proses negosiasi.
Berbicara di hadapan parlemen, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyampaikan terima kasih kepada Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir atas upaya mediasi yang terus dilakukan.
“Tidak ada solusi militer untuk krisis ini,” ujar Lammy. “Gencatan senjata berikutnya harus menjadi yang terakhir.”
Korban terus bertambah
Sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023 — yang dilatarbelakangi oleh serangan Hamas ke wilayah selatan Israel yang menewaskan 1.129 orang dan menyandera 251 lainnya — militer Israel telah menewaskan lebih dari 59.000 warga Palestina, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
PBB dan lembaga kemanusiaan internasional terus menyuarakan keprihatinan atas kondisi di Gaza, termasuk risiko kelaparan massal, runtuhnya sistem kesehatan, serta terbatasnya akses air bersih dan pangan.