Wednesday, December 11, 2024
HomeHeadlineMusim dingin, banjir, dan wabah tambah derita pengungsi di Gaza

Musim dingin, banjir, dan wabah tambah derita pengungsi di Gaza

"darurat kemanusiaan kepada masyarakat internasional dan seluruh organisasi dunia untuk menyelamatkan ratusan ribu pengungsi Gaza sebelum terlambat."

Hujan deras tenggelamkan 10.000 tenda pengungsi, sementara Pemerintah Kota Gaza memperingatkan potensi merebaknya penyakit akibat kepadatan pengungsi dan minimnya sumber daya. Demikian laporan Anadolu pada Senin (25/11).

Datangnya musim dingin juga memperburuk kondisi kemanusiaan ribuan pengungsi di berbagai wilayah Gaza.

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, menyatakan kepada Al Jazeera bahwa wilayah Gaza sedang mengalami kondisi tragis yang semakin sulit dengan turunnya hujan.

“Sebanyak 10.000 tenda pengungsi tenggelam, sementara naiknya permukaan air di kolam-kolam penampungan mengancam menerjang rumah-rumah penduduk,” ujar Basal.

Ia menambahkan, pasukan Israel sepenuhnya melarang kerja lembaga kemanusiaan dan organisasi internasional, termasuk pengiriman pompa air serta pasokan gas memasak, terutama di wilayah utara Gaza.

Sementara itu, Kantor Informasi Pemerintah Gaza melaporkan bahwa sekitar 10.000 tenda pengungsi rusak dan hanyut diterjang gelombang laut akibat cuaca buruk selama dua hari terakhir.

Dalam pernyataan resmi, kantor tersebut kembali menyerukan “darurat kemanusiaan kepada masyarakat internasional dan seluruh organisasi dunia untuk menyelamatkan ratusan ribu pengungsi Gaza sebelum terlambat.”

Pihak berwenang juga mengungkapkan bahwa militer Israel mencegah masuknya 250.000 tenda dan karavan (rumah sementara) ke Gaza di tengah situasi kemanusiaan yang kritis.

Ancaman Wabah Penyakit

Pemerintah Kota Gaza memperingatkan meningkatnya risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba.

Kepadatan pengungsi di Kota Gaza yang berasal dari wilayah utara Gaza, ditambah kekurangan sumber daya dan layanan dasar, memperburuk situasi akibat blokade Israel sejak 7 Oktober 2023.

“Dengan datangnya musim dingin, kebutuhan akan layanan dasar seperti air bersih dan sanitasi terus meningkat di sekitar kamp dan pusat pengungsian,” tulis pemerintah kota dalam pernyataan resminya.

Perpindahan besar-besaran penduduk ke Gaza, dan pemanfaatan ruang publik seperti taman, pusat budaya, dan sekolah yang telah hancur, menambah beban layanan pengelolaan air, limbah, dan kebersihan.

Tumpukan sampah yang tak terkendali dan permintaan air yang melonjak drastis memperburuk krisis lingkungan dan kesehatan di kota tersebut.

“Dengan sumber daya yang terbatas dan tenaga kerja yang kelelahan akibat agresi Israel, situasi ini menjadi sangat sulit,” tambahnya.

Pemerintah kota Gaza meminta respon dunia internasional untuk menanggapi krisis yang semakin parah.

Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu warga Palestina dipaksa mengungsi dari wilayah utara Gaza ke Kota Gaza oleh pasukan Israel.

Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel melancarkan perang terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Konflik ini telah menewaskan dan melukai sekitar 149.000 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 10.000 lainnya masih hilang, sementara kehancuran besar-besaran dan kelaparan telah merenggut nyawa puluhan anak dan lansia, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular